Jokowi Singgung Kawasan Industri Hijau Terbesar Dunia saat KTT Iklim

Youtube/Seretariat Presiden
Presiden Joko Widodo memberikan pernyataan atas kejadian bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar pada Minggu (28/3).
Penulis: Rizky Alika
23/4/2021, 09.40 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim atau Leaders Summit on Climate secara virtual, Kamis (22/4) waktu Amerika Serikat (AS). Jokowi ikut membahas pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia, di Kalimantan Utara.

Ia mengatakan, Indonesia sedang mempercepat proyek percontohan net zero emission. "Antara lain dengan membangun Indonesia green industrial park seluas 12.500 hektare di Kalimantan Utara yang akan menjadi terbesar di dunia" kata Jokowi saat pertemuan virtual, di Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (23/4).

Pemerintah juga tengah merehabilitasi hutan mangrove 620 ribu hektare hingga 2024. Ini akan menjadi yang terluas di dunia dengan daya serap karbon empat kali lipat dibanding hutan tropis.

Jokowi menyatakan terbuka bagi investasi dan transfer teknologi, termasuk untuk transisi energi. Selain itu, membuka seluas-luasnya bagi pengemban Bahan Bakar Nabati (BBN), industri baterai lithiium, dan kendaraan listrik untuk berinvestasi.

Untuk mencapai target Persetujuan Paris dan agenda bersama berikutnya, mantan wali kota Solo itu menilai kemitraan global harus diperkuat. Para peserta KTT Iklim juga harus membangun kesepahaman dan strategi dalam mencapai net zero emission dan menuju United Nations Climate Change Conference of the Parties (UNFCCC COP-26) di Glasgow.

Jokowi menegaskan, Indonesia sangat serius dalam mengendalikan perubahan iklim. Sebagai negara kepulauan terbesar dan pemilik hutan tropis, penanganan perubahan iklim menjadi kepentingan nasional.

Melalui kebijakan, pemberdayaan, dan penegakkan hukum, laju deforestasi Indonesia saat ini turun terendah dalam 20 tahun terakhir.

Jokowi mencatat, penghentian konversi hutan alam dan lahan gambut mencapai 66 juta hektare, lebih luas dari gabungan luas Inggris dan Norwegia. Selain itu, penurunan kebakaran hutan hingga 82% di saat beberapa kawasan di Amerika, Australia, dan Eropa mengalami peningkatan terluas.

Ia mengajak para pemimpin memajukan pembangunan hijau. Saat ini, Indonesia telah memutakhirkan kontribusi yang ditentukan secara nasional atau nationally determined contributions (NDC) untuk meningkatkan kapasitas adaptasi dan ketahanan iklim.

Indonesia juga menyambut baik penyelenggaraan Konvensi Kerangka Perubahan Iklim ke-26 di Inggris untuk hasil yang implementatif dan seimbang, serta target sejumlah negara menuju net zero emission pada 2050.

"Namun, agar kredibel, komitmen tersebut harus dijalankan berdasarkan pemenuhan komitmen NDC 2030," ujar Jokowi. Ia memperkirakan, negara berkembang menerapkan ambisi serupa jika komitmen negara maju kredibel disertai dukungan riil.

Dalam kesempatan itu, Jokowi memastikan presidensi Indonesia untuk G20 2022 akan memprioritaskan penguatan kerja sama perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, terus mendukung upaya negara-negara di kawasan Pasifik.

"Kita harus terus melakukan aksi bersama, kemitraan global nyata, dan bukan saling menyalahkan, apalagi menerapkan hambatan perdagangan dengan berdalih isu lingkungan," katanya.

Reporter: Rizky Alika