Konsorsium Hyundai-LG akan membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat, dengan total nilai investasi lebih kurang US$ 1,1 miliar (sekitar Rp 16 triliun).
Konsorsium terdiri dari Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution yang bekerja sama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC).
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia telah menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan Konsorsium Hyundai dan PT Industri Baterai Indonesia secara virtual pada Rabu (28/7).
Proyek ini diharapkan dapat menyerap 1.000 tenaga kerja. Kerja sama investasi ini merupakan salah satu tahap dari keseluruhan rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai US$ 9,8 miliar (Rp 141,7 triliun).
Bahlil mengungkapkan apresiasinya kepada Hyundai, LG maupun PT Industri Baterai Indonesia atas terlaksananya kerja sama ini. Perjanjian kerja sama ini terealisasi dengan proses dan negosiasi yang panjang sehingga dapat menguntungkan semua pihak.
Namun ia mengingatkan kembali agar dalam implementasi kerja sama ini, perusahaan wajib menggandeng pengusaha dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal. Ini merupakan amanat dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Ciptaker).
"Izinkan saya sampaikan agar dalam implementasinya, sesuai dengan undang-undang, berkolaborasi dengan pengusaha nasional dan UMKM. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah saat ini," kata Bahlil.
Proyek investasi sel baterai kerja sama Konsorsium Hyundai-LG dan PT Industri Baterai Indonesia ini merupakan salah satu langkah pemerintah untuk mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia secara keseluruhan dari hulu sampai dengan hilir.
Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia Toto Nugroho menyampaikan kerja sama ini menjadi momentum dalam pembentukan industri baterai dan kendaraan listrik di Indonesia. Indonesia memiliki potensi menjadi pemain global industri baterai karena memiliki 24% cadangan nikel di dunia.
“Kami akan memproduksi baterai secara kompetitif untuk memenuhi kebutuhan Indonesia dan juga untuk ekspor,” kata Toto. Simak proyeksi kebutuhan kapasitas baterai kendaraan listrik pada databoks berikut:
Sementara, CEO Hyundai Mobis Co. Ltd Sung Hwan Cho menyampaikan komitmennya untuk mengembangkan mobil listrik dan ekosistemnya di Indonesia. Menurut dia berkat dukungan dari pemerintah Indonesia pihaknya telah mencapai target untuk memajukan proyek ini.
"Saya merasa lebih dekat mencapai target kami, dan sekarang kedua negara akan bermitra untuk mengembangkan mobil listrik dan ekosistemnya,” ungkap Cho.
Konsorsium Hyundai rencananya akan membentuk joint venture (JV) dengan PT Industri Baterai Indonesia selaku holding BUMN Baterai yang merupakan gabungan dari 4 (empat) BUMN, yaitu PLN, Pertamina, MIND ID, dan Antam.
Adapun kerja sama investasi ini ditargetkan untuk dapat segera groundbreaking pada tahun ini. Fasilitas sel baterai ini rencananya akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 gigawatt hour (GwH), yang nantinya akan menyuplai kendaraan listrik produksi Hyundai.