Katadata dan BEI Perkuat Implementasi ESG dalam Sektor Bisnis

Katadata
Metta Dharmasaputra Co-founder dan CEO Katadata memberikan sambutan dalam diskusi bertajuk Strengthening ESG Implementation in Indonesia's Business Sector yang diselenggarakan di IDX Main Hall pada Senin (22/7).
22/7/2024, 16.00 WIB

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyatakan pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia membutuhkan kolaborasi dari kalangan pelaku bisnis dan regulator. Salah satu upaya kolaborasi untuk memperkuat penerapan prinsip-prinsip environment, social, and governance (ESG) bagi kalangan bisnis ini diwujudkan Katadata melalui umpan balik berupa Katadata Investor Confidence Index (KICI).  

Iman mengatakan berdasarkan Sustainable Development Goals Report 2023 yang dirilis United Nation (PBB), kemajuan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia pada 2023 menunjukkan kenaikan meskipun masih menghadapi berbagai tantangan.  

Iman menyebut Indonesia mendapat skor 70,16 dari skala 100 dalam pencapaian SDGs, naik dari skor 69,16 pada tahun sebelumnya. Dalam peringkat global, Indonesia berada di posisi 75 dari 166 negara yang dinilai.

“Oleh karena itu, untuk mendorong pencapaian SDGs membutuhkan kolaborasi yang baik dari kalangan pelaku bisnis dan juga regulator,” kata Iman dalam diskusi bertajuk "Strengthening Environmental, Social, and Governance (ESG) Implementation in Indonesia's Business Sector" yang diselenggarakan Katadata dan BEI serta didukung oleh International Society of Sustainability Professionals (ISSP) Indonesia dan Koalisi Ekonomi Membumi, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (22/7). Acara merupakan bagian dari rangkaian menuju flagship event Katadata Sustainability Action for the Future Economy (SAFE) 2024.

Iman juga menyebut regulator memiliki peran penting dalam memberikan peraturan dan insentif bagi perusahaan untuk lebih aktif melaksanakan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam setiap kegiatan bisnisnya. Hal itu agar regulator dapat membantu menciptakan ekosistem bisnis yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab. 

Di pasar modal Indonesia, kata Iman, salah satu pengaturan yang menjadi sangat penting dalam mendorong perusahaan tercatat menginternalisasikan prinsip berkelanjutan dalam aktivitas bisnisnya adalah kewajiban pelaporan sustainability report atau laporan keberlanjutan.

Co-founder & CEO Katadata Metta Dharmasaputra menyatakan, pada September 2023 Katadata telah merilis sebuah umpan balik (feedback) yang disebut Katadata Corporate Sustainability Index (KCSI). Tahun ini, indeks tersebut mengalami transformasi dan berubah menjadi Katadata Investor Confidence Index (KICI).

Hal ini bertujuan untuk membandingkan kinerja investasi dari perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pada tahun ini, cakupannya mencakup 310 perusahaan publik di Indonesia. Indeks ini mencakup delapan sektor, yaitu: pertambangan, makanan dan minuman, keuangan, transportasi dan logistik, bahan kimia, serta industri berbasis layanan, dan hospitality.

Selain KICI, Katadata juga memberikan penghargaan untuk perusahaan, yaitu Katadata Green Initiative Awards (KGIA), yang sudah Katadata selenggarakan selama beberapa tahun terakhir. Katadata memberikan penghargaan ini kepada perusahaan dengan inisiatif hijau terbaik. "Tahun ini, untuk pertama kalinya, Katadata juga akan memberikan kategori baru kepada individu yang berkelanjutan dengan pendekatan yang paling beragam," ujar Metta. 

Kategori ini mencakup pameran inisiatif hijau, ekonomi sirkuler dari berbagai startup manajemen limbah, promosi pekerjaan hijau, pameran startup teknologi iklim, serta pameran kendaraan listrik yang mungkin akan menarik perhatian kali ini.

“Kemudian juga akan menampilkan produk dan inovasi sawit dan energi berkelanjutan sebagai kelanjutan dari tahun lalu yakni inisiatif Sabuk Hijau Nusantara,” kata Metta.  

Perusahaan Perlu Beradaptasi dengan Cepat dalam Pengungkapan ESG 

Sejalan dengan hal itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani juga mengutip laporan dari World Economic Forum (WEF) yang menegaskan bahwa ESG menjadi indikator fundamental. Di dalam ESG ini, matriks lingkungan, sosial, dan tata kelola telah menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan investor, karyawan, dan konsumen. 

Oleh karena itu, perusahaan perlu beradaptasi cepat di tengah tuntutan untuk mengedepankan transparansi dan pengungkapan ESG. Khususnya, bagi perusahaan-perusahaan yang dianggap sebagai market leader atau memiliki pangsa pasar yang dominan. Shinta mengatakan isu perubahan iklim yang kian menggaung semakin mendorong akselerasi implementasi ini dan membutuhkan aksi kolektif dari pemerintah, masyarakat, serta sektor bisnis untuk mencapai tujuan net zero

Tak hanya itu, Shinta menyebut data dari Harvard Law School of Corporate Governance pada tahun 2022 menunjukkan sebanyak 26% investor global mengamini bahwa ESG adalah inti dari pendekatan dan keputusan investasi mereka.

“Secara keseluruhan hal tersebut menjadi porsi penggunaan ESG global menjadi 89% naik dari 84% pada tahun 2021,” ujar Shinta. 

Shinta menyebut adopsi ESG menunjukkan kemajuan yang menggembirakan di tengah dukungan pemerintah dan lembaga-lembaga keuangan. Jumlah ESG di sektor bisnis meningkat pesat dan semakin banyak perusahaan yang mendorong upaya pengurangan emisi gas rumah kaca. 

Regulasi yang diatur dalam POJK No. 51 tahun 2017 tentang Keuangan Berkelanjutan, yang mewajibkan perusahaan terbuka untuk membuat laporan keberlanjutan yang mencakup aspek ESG, cukup mendorong penguatan implementasinya.

“Ini sejalan dengan komitmen low carbon initiative yang dicanangkan di Indonesia,” ucapnya.

 
Reporter: Nur Hana Putri Nabila