Ustaz kondang Yusuf Mansur dipanggil Dinas Ketenagakerjaan alias Disnaker Kota Bandung, Jawa Barat untuk melakukan mediasi terkait perusahaan investasinya, Kamis (12/5) mendatang. Pria kelahiran Jakarta 45 tahun silam itu, merupakan pimpinan PT Veritra Sentosa Internasional (VSI) yang mengelola PayTren.
Panggilan mediasi muncul untuk menyelesaikan perselisihan antara mantan pegawai PayTren dengan PT VSI. Perusahaan investasi itu dikabarkan belum memberikan upah kerja para pegawai selama 20 bulan.
Selain itu, PayTren tidak memenuhi upaya pertemuan bipartit yang digagas para pegawai, untuk menyelesaikan secara kekeluargaan persoalan gaji tersebut. Alhasil, pada Jumat (22/4) lalu, para pegawai mencatatkan perselisihan hubungan industrial ke Disnaker.
Selain masalah pegawai yang belum digaji, nama Yusuf Mansur sempat ramai dibicarakan terkait video kekesalannya dan menyatakan kesulitan memperoleh investasi untuk mengembangkan PayTren
“Bisa saya ajak ngomong kalian semua? Saya butuh duit Rp 1 triliun buat ngerjain PayTren. Maka itulah saya ngamen, saya ngasong. Demi siapa? Demi Anda semua. Demi satu nama, PayTren,” katanya dalam video yang beredar di media sosial Twitter beberapa waktu lalu.
Jalan Yusuf Mansur Keluar-Masuk Bui
Jam'an Nurkhatib Mansur alias Yusuf Mansur merupakan seorang tokoh pendakwah, penulis buku dan pengusaha. Pria yang akrab disapa YM itu juga memimpin pondok pesantren Daarul Quran Ketapang, Cipondoh, Tangerang dan pengajian Wisata Hati.
Melansir berbagai sumber, Yusuf Mansur lahir dari pasangan Abdurrahman Mimbar dan Humrifíah pada 19 Desember 1976. Kini, pria berdarah Betawi dan Yaman tersebut memiliki dua orang anak yakni Wirda Salamah Ulya dan Qumii Rahmatul Qulmul.
Sejak kecil, Yusuf Mansur sudah mengenyam pendidikan Islam, di antaranya lulusan Madrasah Ibtidaiyah Chairiyah Mansuriyah, lulusan 1986. Berlanjut ke Madrasah Tsanawiyah, Chairiyah Mansuriyah dan lulus pada 1989.
Pria Betawi ini juga tercatat sebagai lulusan Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol pada 1992. Saat itu, Yusuf Mansur menjadi salah satu lulusan terbaik.
Mengutip Tirto.id, ustaz tersebut juga pernah kuliah jurusan Informatika, namun sempat berhenti, lantaran lebih menyukai balapan motor. Menariknya, pada 1996 Yusuf Mansur justru terjun di bisnis Informatika.
Bukannya untung yang diraup, Yusuf Mansur justru buntung lantaran bisnis tersebut terlilit utang hingga miliaran rupiah. Alhasil, dia sempat mendekam di penjara selama dua bulan. Tak patah arang, dia kembali mencoba berbisnis lain, namun kembali gagal hingga harus kembali dipenjara pada 1998.
Memiliki mental bisnis tebal, Yusuf Mansur kembali memulai bisnis, kala itu dengan berjualan es di terminal Kali Deres. Bisnis jualan es pun berkembang dari semula bermodalkan termos, gerobak sampai memiliki pegawai.
Pada 2002, pria yang sempat terlibat bisnis klub sepak bola itu pun memutuskan kembali berkuliah di fakultas dan jurusan yang sama. Saat itu, Yusuf Mansur muda bercita-cita ingin menjadi hakim yang jujur dan amanah.
Yusuf Mansur berhasil meraih gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Akhwal Syakhsyiah Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) di Universitas Islam Negeri atau UIN Jakarta pada 2009.
“Saya bangga menjadi lulusan UIN Jakarta walaupun saya harus studi di sini selama 10 tahun,” katanya saat wisuda.
Ustaz yang kini juga dikenal sebagai pengusaha itu juga menceritakan dirinya yang pernah dikeluarkan alias drop out saat kuliah tahun 1992-1996. Hal itu terjadi karena faktor ketiadaan biaya, dan menunggak bayar kuliah empat semester.
Seiring perjalanan waktu, Yusuf Mansur bertemu seorang polisi yang mengenalkannya pada lembaga swadaya masyarakat alias LSM. Selama bekerja di sana, dia berhasil menelurkan sebuah buku berjudul Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang. Buku tersebut terinspirasi dari pengalamannya selama di penjara.
Dari Buku Jadi Pendakwah
Mengutip Tirto.id, usai menerbitkan buku Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang, Yusuf Mansur kerap diundang bedah buku. Berawal dari buku, jalannya untuk berdakwah terbuka dan kerap mendapat undangan untuk berceramah.
Selama berdakwah, Yusuf Mansur sering mengangkat tema terkait sedekah. Dia menekankan pentingnya berbagi, kekuatan bersedekah, hingga berbagi cerita dan pengalaman nyata terkait sedekah.
Seiring ketenarannya sebagai pendakwah, Yusuf Mansur juga menjajal pengalaman di dunia perfilman, dengan menggarap film seperti, Kun Fa Yakuun. Film itu dibintanginya bersama Zaskia Adya Mecca, Agus Kuncoro, dan Desy Ratnasari.
Film tersebut juga bagian dari proyek atau kegiatan roadshow (ceramah keliling) Yusuf Mansur, selama Januari-April 2008. Sebelumnya, dia juga meluncurkan kaset Tausiah Kun Faya Kun, The Power of Giving dan Keluarga.
Ustadz Yusuf kembali menjadi perbincangan masyarakat ketika kesaksian dia soal keislaman Presiden RI, Joko Widodo. Kesaksian itu menuai kontroversi di berbagai kalangan mulai dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga hingga GNPF-Ulama turut menanggapi kesaksian tersebut.
Sementara itu, hasil survei LSI Denny JA pada 2018, menunjukkan bahwa 20,2% responden menganggap himbauan dari ustaz yang sempat masuk dalam daftar calon presiden Prabowo Subianto tersebut paling didengar oleh masyarakat. Yusuf Mansur masuk dalam urutan kedua sebagai tokoh agama yang paling didengar masyarakat, dengan persentase mencapai 14,2%.