Profil AKR Corporindo, Distributor BBM Pesaing Pertamina

AKR-BP
BP-AKR meluncurkan BBM RON 95 dengan merek BP Ultimate seharga Rp 14.210 per liter atau hanya selisih Rp 310 dari Pertamax.
Penulis: Reza Pahlevi
3/11/2022, 15.15 WIB

SPBU milik swasta, BP-AKR, baru saja merilis produk bahan bakar minyak (BBM) RON 95 bermerek “BP Ultimate” pada 1 November 2022. Produk ini dijual seharga Rp14.210 per liter dan mulai dipasarkan di Jabodetabek. Harganya hanya lebih mahal Rp310 per liter dari Pertamax, milik Pertamina. 

BP-AKR rencananya akan meningkatkan jumlah SPBU menjadi 40 unit pada tahun depan. Lokasinya akan tersebar di wilayah Jabodetabek dan Jawa Timur. Dalam jangka panjang, perusahaan juga berencana menambah 350 titik SPBU hingga 2030.

“BP-AKR terus mengembangkan bisnis BBM dengan memperluas jaringan SPBU secara bertahap untuk mendekatkan akses masyarakat terhadap penawaran berkualitas,” ujar Presiden Direktur BP-AKR Peter Molloy dalam siaran pers, Rabu, 2 November 2022.

BP-AKR adalah salah satu SPBU swasta yang bersaing dengan Pertamina. SPBU swasta lain yang turut bersaing dengan SPBU pelat merah tersebut adalah Shell dan Vivo. 

Siapa BP-AKR?

BP-AKR atau PT Aneka Petroindo Raya adalah perusahaan patungan antara BP dan PT AKR Corporindo Tbk. Perusahaan ini sudah beroperasi sejak 2018. BP adalah salah satu perusahaan migas tertua di dunia yang kini bertransformasi menjadi perusahaan energi. 

Mengutip laporan tahunannya, SPBU BP-AKR pertama kali dibuka di Serpong. BP-AKR lalu membuka 13 SPBU pada 2019. Kini, total ada 32 SPBU yang beroperasi di Jabodetabek dan satu SPBU beroperasi di Surabaya, Jawa Timur.

AKR Corporindo adalah pemegang saham mayoritas di perusahaan patungan ini. Berdasarkan laporan keuangannya, AKR memiliki 50,1% saham dalam BP-AKR. 

Sebelum membentuk BP-AKR, AKR Corporindo sudah lama terlibat dalam bisnis BBM walau tidak menjualnya secara ritel. AKR adalah perusahaan swasta nasional pertama yang mendistribusikan BBM non-subsidi di Indonesia pada 2005. Pada 2010, AKR lalu menjadi perusahaan swasta nasional pertama yang mendistribusikan BBM bersubsidi.

AKR juga bergerak di bidang terminal tangki penyimpanan BBM di Tanjung Priok yang diresmikan pada April 2010. Tidak hanya memiliki terminal, AKR juga memiliki kapal tanker BBM bernama SPOB AKRA-10.

Pemerintah Indonesia juga menunjuk AKR sebagai salah satu penjual BBM solar bersubsidi sejak 2018. Meski begitu, kuota solar bersubsidi yang didapat AKR masih jauh lebih kecil daripada yang didapat Pertamina.

Tidak Hanya Jual BBM

Meski kini identitasnya lekat dengan BBM, AKR Corporindo memulai usahanya sebagai perusahaan perdagangan kimia. AKR didirikan oleh Soegiarto Adikoesoemo di Surabaya pada 1960. 

Soegiarto yang kini menjabat presiden komisaris, lalu memformalkan perusahaan dengan mendirikan PT Aneka Kimia Raya pada 1977. Pada 1994, Soegiarto membawa Aneka Kimia Raya melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/ IPO) di Bursa Efek Indonesia.

Nama Aneka Kimia Raya tersebut pun masih dipakai dengan disingkat menjadi AKR hingga kini. Nama ini Aneka Kimia Raya masih dipakai ketika perusahaan memutuskan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1994.

Nama AKR Corporindo baru dipakai pada 23 September 2004. Pada tahun yang sama, AKR mengakuisisi dua perusahaan sorbitol, PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk di Indonesia dan Khalista (Liuzhou) Chemical Industry Co Ltd di Cina.

Aktivitas AKR di Cina pun tidak berhenti di situ. Pada 2006, AKR mengakuisisi dan mulai mengoperasikan pelabuhan-pelabuhan sungai di Cina. AKR lalu mendivestasikan pelabuhannya di Cina pada 2016.

Pengalaman AKR di bidang pelabuhan lalu dibawa ke Indonesia dengan membangun terminal tangki penyimpanan BBM di Tanjung Priok. Pada 2013, AKR juga bekerja sama dengan Pelindo membangun Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE).

JIIPE menggabungkan kawasan industri dengan pelabuhan laut dalam di Gresik, Jawa Timur. AKR pun mendapat konsesi 76 tahun untuk mengelola kawasan ini lewat PT Berlian Manyar Sejahtera pada 2017. Pada 2018, pemerintah menetapkan JIIPE sebagai proyek strategis nasional.

Kerja Sama dengan Freeport

Penetapan proyek strategis nasional itu lalu disusul dengan penyerahan lahan untuk proyek smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) pada 2019. Pada 2020, pemerintah menetapkan JIIPE sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk sektor teknologi dan manufaktur.

Pada 2021, Freeport pun resmi menetapkan JIIPE sebagai lokasi smelter tembaga miliknya. Presiden Joko Widodo pun sempat hadir ketika peletakan batu pertama proyek dilakukan. 

“Kami mendapatkan laporan bahwa smelter yang akan dibangun dengan desain single line ini, terbesar di dunia karena mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun,” kata Jokowi dalam sambutannya saat itu.

AKR lewat PT Berlian Manyar Sejahtera juga menandatangani perjanjian sewa tanah jangka panjang untuk pembangunan serta pengoperasian khusus untuk smelter tembaga tersebut.

Perjanjian sewa jangka panjang ini berlaku selama 80 tahun, dibagi menjadi masa sewa awal 18 tahun, diikuti dua tahun lagi. Dalam hal ini, Freeport juga berhak memperpanjang selama enam periode, masing-masing 10 tahun sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam perjanjian.