Tutup Usai 20 Tahun Beroperasi, Ini Profil Zenius Education

Zenius
Aplikasi Zenius
Penulis: Agung Jatmiko
5/1/2024, 08.43 WIB

Perusahaan rintisan yang bergerak di bidang pendidikan atau startup edutech, Zenius, mengumumkan penutupan sementara operasionalnya. Alasannya, adalah karena startup ini tengah menghadapi tantangan operasional.

"Kami mengambil langkah strategis untuk menghentikan operasional sementara, tetapi menjamin bahwa kami tidak akan berhenti untuk berusaha menjalankan dan mewujudkan visi untuk merangkai Indonesia yang cerdas, cerah, asik," kata manajemen Zenius, melalui keterangan resmi, dikutip Kamis (4/1)

Sebelumnya, beredar kabar bahwa Zenius sedang dalam tahap diskusi untuk menjual perusahaan. Ada pula kabar bahwa platform edutech ini akan diakuisisi oleh Sekolah.Mu. Terhadap dua kabar ini, manajemen Zenius tak berkomentar lebih jauh.

Zenius (Zenius)

Profil Perjalanan Zenius Education

Meski dalam laman resminya disebutkan bahwa Zenius berdiri pada 2007, namun perjalanannya telah dirintis sejak 20 tahun silam atau sejak 2004.

Kala itu, para founder Zenius, yakni Sabda PS, Wisnu Subekti, dan Medy Suharta, merintis bisnis bimbingan belajar (bimbel) tanpa suntikan modal dari pihak eksternal. Tiga sekawan ini memulainya dari bisnis bimbel konvensional alias offline.

Sebenarnya, ketiga founder Zenius itu telah memiliki cita-cita membuat bimbel online. Namun, selain keterbatasan dana, penetrasi internet di Indonesia saat itu juga masih terbatas.

Alhasil, bimbel offline dipilih sembari mematangkan kerangka belajar Zenius, serta memperkenalkan nama melalui penjualan video edukasi dalam bentuk CD dan DVD.

Materi edukasi yang dikemas dalam CD dan DVD dari bimbel yang dikelola Sabda, Wisnu dan Medy tersebut, ternyata mendapat respons positif dari masyarakat. Sehingga, untuk lebih memperbesar usahanya, Zenius kemudian dibentuk menjadi perusahaan, yakni PT Zenius Education pada 7 Juli 2007.

  • 2007-2017: Memperbesar Usaha, Meluncurkan Situs Belajar Online

Sejak resmi berdiri dengan badan hukum perseroan terbatas pada 2007, Zenius terus mengembangkan bisnis dengan berbagai macam konsep produk baru, termasuk situs belajar online.

Situs zenius.net resmi diluncurkan pada 2010, yang kemudian diikuti dengan Zenius Xpedia 2.0, produk yang memfasilitasi proses belajar online di zenius.net dan offline lewat DVD, pada 2011.

Mengutip laman resmi Zenius, jumlah pengunjung situs-nya terus meningkat setiap tahun ajaran. Pada tahun ajuran 2011-2012, jumlah pengunjung situs zenius.net tercatat sebanyak 268.000. Jumlahnya meningkat menjadi 2,1 juta pengunjung pada 2012-2013.

Jumlahnya meningkat lagi menjadi 4,9 juta pengunjung pada tahun ajaran 2013-2014. Puncaknya, adalah pada periode 2016-2017, dimana jumlah pengunjung zenius.net tercatat mencapai dan 17,2 juta pengunjung.

Tak hanya jumlah pengunjung situs, jumlah video Zenius yang dibuat dan ditonton juga semakin banyak. Hingga Juni 2017, jumlah video materi yang didokumentasikan tercatat mencapai 66.000 video dan 3.000 paket latihan.

Pun demikian dengan jumlah video yang diunggah secara daring, terus meningkat. Pada 2011-2012, jumlah video yang dunggah tercatat sebanyak 1,2 juta, pada 2012-2013 jumlahnya meningkat menjadi 6,2 juta. Puncaknya, pada 2016-2017 jumlah video yang diunggah tercatat mencapai 38 juta.

Video yang diunggah secara daring tersebut juga dijual secara luring. Hingga 2017, Zenius memiliki lima distributor dan 424 reseller di seluruh Indonesia. Startup edutech ini juga memiliki 15 jaringan outlet resmi di Gramedia, di seluruh Indonesia.

Selama kurang lebih sepuluh tahun sejak resmi berdiri, Zenius Education mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini membuat banyak modal ventura yang melirik, dan kemudian menanamkan modal.

startup zenius (zenius)
  • 2019-2022: Masa Keemasan Zenius Education, Raup Miliaran Pendanaan

Zenius semakin melebarkan sayap bisnis dengan dukungan pendanaan dari modal ventura. Pada Februari 2020, Zenius mengumumkan pendanaan seri A sebesar US$ 20 juta atau sekitar Rp 273 miliar dari Northstar Group, Kinesys Group, dan BeeNext.

Pendanaan tersebut digunakan untuk untuk melipatgandakan pertumbuhan, mengembangkan teknologi tepat guna dan memperluas jangkauan layanan ke pelosok Indonesia.

Pada tahun itu, inetrnal Zenius juga mengalami perubahan, dengan ditunjuknya Rohan Monga sebagai Chief Executive Officer (CEO) baru, menggantikan Sabda P.S. yang menjadi Chief Education Officer.

Pada 2021, Zenius kembali mendapatkan pendanaan. Kali ini berupa pendanaan pra-seri B dari OpenSpace Ventures dan Alpha JWC Ventures, yang digunakan untuk mengembangkan layanan dan aplikasi.

Bisnis Zenius pun semakin besar, hingga mengakuisisi lembaga pendidikan luar sekolah Primagama pada 2022. Akusisi ini dilakukan untuk memperkuat ekosistem teknologi pendidikan.

Melalui aksi akuisisi ini, Zenius ingin memanfaatkan keahlian Primagama di bidang bimbel offline, untuk menggarap model pembelajaran secara hybrid melalui skema online merge offline (OMO).

Di tahun yang sama, Zenius kembali mendapatkan suntikan dana. Kali ini anak usaha Telkom, MDI Ventures, ikut memberikan pendanaan kepada startup pendidikan tersebut. Melalui MDI Ventures, Zenius mengumpulkan dana lebih dari US$ 40 juta atau Rp 576 miliar.

Senja Kala Zenius Education

Ironis, meski mendapatkan pendanaan yang sedemikian besar, operasional Zenius melempem memasuki pertengahan 2022. Padahal di awal tahun itu, startup edukasi ini baru saja mendapatkan pendanaan dari MDI Ventures.

Sinyal perlambatan bisnis Zenius sudah terlihat pada Mei 2022, ketika manajemen perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap lebih dari 200 karyawan.

Dalam keterangan resmi, manajemen Zenius mengatakan bahwa langkah PHK dilakukan agar perusahaan dapat beradaptasi dengan dinamisnya kondisi makro ekonomi yang memengaruhi industri.

"Setelah melalui evaluasi dan review peninjauan ulang komprehensif, Zenius mengumumkan bahwa lebih dari 200 dari karyawan harus meninggalkan perusahaan," kata perusahaan dalam keterangan resmi yang diterima oleh Katadata.co.id.

Di tahun yang sama, Zenius kembali melakukan PHK pada Agustus 2022. Perusahaan rintisan itu tidak memerinci jumlah pegawai yang terkena dampak. Namun, di media sosial saat itu beredar kabar bahwa jumlahnya mencapai 600.

Zenius meluncurkan program bahasa Korea (Zenius)

"Karena perubahan kondisi makro ekonomi dan perilaku konsumen, Zenius perlu menyelaraskan dan memprioritaskan kembali organisasi untuk memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan jangka panjang," kata manajemen Zenius kepada Katadata.co.id, 4 Agustus 2022.

Memasuki 2023, Zenius kembali melakukan PHK. Kabar yang beredar saat itu, jumlah karyawan yang terkena dampak, adalah 30 orang.

Zenius mengatakan, PHK dilakukan karena iklim ekonomi saat ini menciptakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi startup di seluruh dunia.

"Zenius harus menyelaraskan dan memprioritaskan ulang organisasi untuk memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan jangka panjang," kata perusahaan dalam keterangan pers kepada Katadata.co.id, 28 Februari 2023.

Meski telah melakukan serangkaian PHK sebagai langkah efisiensi, serta melakukan perubahan peran beberapa fungsi bisnis, Zenius tetap tidak bisa mengatasi tantangan operasional. Sehingga, awal 2024 manajemen perusahaan memutuskan untuk menghentikan sementara operasionaln