Saham PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) bergerak meroket dalam beberapa bulan terakhir hingga sempat dihentikan beberapa kali perdagangannya (suspensi) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Hari ini, Selasa (8/10), sahamnya kembali disuspensi pada perdagangan di pasar reguler dan pasar tunai, karena alasan terjadi peningkatan harga saham kumulatif yang signifikan.
Saham Bank Artos terakhir diperdagangkan pada kemarin dengan harga Rp 2.630 per saham. Tren kenaikan saham Bank Artos tercatat terjadi sejak Agustus 2019. Pada 31 Juli 2019, harga saham Bank Artos masih diperdagangkan sebesar Rp 171 per saham. Dengan demikian, kenaikan harganya mencapai 1.438%.
Kenaikan harga saham ini tak berbanding lurus dengan kinerja perusahaan. Pada semester 1 2019, Bank Artos masih membukukan kerugian bersih senilai Rp 14,16 miliar. Meski begitu, jika dibandingkan dengan semester 1 tahun sebelumnya, rugi perusahaan memang lebih kecil dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 23,28 miliar.
(Baca: Bank Artos Dikabarkan jadi Bank Go-Jek, Jerry Ng Terbuka Berkolaborasi)
Kerugian perusahaan menurun lantaran Bank Artos bisa menekan beban operasional perusahaan dari yang sebesar Rp 45,8 miliar di semester I 2018, menjadi hanya Rp 21,97 miliar di semester I 2019. Meski begitu, pendapatan bunga bersih perusahaan juga tercatat turun dari Rp 27,5 miliar menjadi Rp 7,7 miliar.
Penurunan pendapatan bunga bersih perseron seiring dengan penyaluran kredit yang turun 18,8% dari Rp 462,4 miliar pada Juni 2018 menjadi Rp 375 per Juni 2019.
Analis Royal Investium Sekuritas, Janson Nasrial menjelaskan kinerja keuangan Bank Artos memang terbilang buruk. Adapun harga saham Bank Artos, menurut dia, dapat melambung akibat rencana akusisi saham mayoritas bank oleh Jerry Ng melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Patrick Walujo melalui Wealth Track Technology Limited (WTT).
Janson menilai akusisi tersebut masih menarik meski kinerja keuangan perusahaan tersebut buruk, karena nilai buku perusahaan murah. "Price to Boook Velue (PBV) Bank Artos cuma sekitar 1 kali, jadi kinerja masih bisa dipoles. Jarang juga perusahan yang diakuisisi sudah bagus," kata Janson ketika dihubungi oleh Katadata.co.id, Selasa (8/10).
Dia mengatakan, selain nilai buku yang murah, rasio kredit bermasalah (Nonperforming loan/NPL) perusahaan juga menjadi faktor yang diperhatikan. NPL gross perseroan tercatat turun dari 8,3% pada semester I 2018 menjadi 6,41% pada semester I 2019. Sementara, NPL net turun dari 4,09% menjadi 3,93%.
(Baca: Bukan BCA, Bank Artos Bakal Diakuisisi Sugito Walujo dan Jerry Ng)
Rencana Akusisi dan Menjadi Bank Gojek
Selain bakal diakuisisi Jerry Ng, Bank Artos pun dikabarkan bakal bertransformasi menjadi bank yang menangani transaksi salah satu perusahaan rintisan (startup) yaitu Go-Jek. Kabar tersebut beredar usai adanya rencana akuisisi 51% saham Bank Artos oleh Jerry Ng dan Patrick Walujo.
Ketika dihubungi oleh Katadata.co.id, Jerry Ng yang rencananya bakal mengakuisisi 37,65% saham Bank Artos melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) mengatakan Bank Artos akan terbuka peluang kolaborasi dengan berbagai ekosistem teknologi yang dapat merasakan manfaat dan kemudahan dari layanan perbankan digital.
"Namun demikian, saat ini tidak ada rencana bagi Bank Artos nantinya untuk melakukan kerja sama eksklusif dengan platform teknologi atau ekosistem mana pun," kata Jerry.
Jerry percaya Bank Artos masih banyak peluang untuk memberikan layanan jasa perbankan yang berbeda di masyarakat, utamanya yang dapat memberikan lebih banyak kenyamanan.
"Jika akusisi tersebut terlaksana, Jerry berharap Bank Artos dapat meluncurkan bisnis model baru dan memberikan pilihan dengan layanan berbeda kepada para konsumen," kata Jerry menambahkan.