Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) pada penutupan perdagangan sesi pertama, Senin (2/9), tercatat terkoreksi 0,94% menjadi berada di level Rp 4.230 per saham. Pada hari ini BRI bakal menggelar RUPSLB di mana salah satu agendanya memilih direktur utama baru.
Saat ini posisi Direktur Utama BRI untuk sementara diisi oleh pelaksana tugas (Plt) yaitu Wakil Direktur Utama BRI Sunarso. Sebelumnya, Kementerian BUMN sebagai pemegang saham pengendali menunjuk Direktur Utama BRI sebelumnya Suprajarto untuk menahkodai PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) pada Kamis (29/8). Namun, Suprajarto menolak dan memilih mengundurkan diri.
Untuk menetapkan posisi Direktur Utama BRI yang definitif, BRI menggelar RUPSLB hari ini dengan acara perubahan susunan pengurus perseroan. Namun, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menegaskan, menurunnya harga saham BRI hari ini bukan disebabkan oleh pergantian direksi, khususnya posisi direktur utama.
(Baca: Suprajarto Dilengserkan dari Dirut BRI, Siapa Penggantinya?)
"Pelemahan saham BRI lebih dipengaruhi oleh pelemahan indeks. Buktinya IHSG mengalami pelemahan saat ini," kata Nafan kepada Katadata.co.id, Senin (2/9). Seperti diketahui, pada penutupan perdagangan sesi pertama, IHSG tercatat turun 0,41% menjadi berada di level 6.302,74.
Tercatat, saham BRI pada sesi pertama diperdagangkan dengan volume sebanyak 31,89 juta saham, dengan nilai transaksi Rp 135,6 miliar, dan dengan frekuensi sebanyak 6.445 kali. Saham BRI tercatat dijual oleh investor asing dengan jual bersih senilai Rp 11,48 miliar.
Seperti diketahui, BRI berhasil membukukan laba bersih secara konsolidasi pada semester I 2019 sebesar Rp 16,16 triliun, tumbuh 8,19% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year). Kendati demikian, capaian pertumbuhan laba BRI tersebut lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di semester I 2018 yang mencapai 11%.
BRI mampu menyalurkan kredit senilai Rp 888,32 triliun. Pencapaian ini meningkat 11,84% di bandingkan penyaluran pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penyaluran kredit BRI masih didominasi oleh penyaluran ke segmen UMKM yaitu sebesar 76,72% atau senilai Rp 681,50 triliun, tumbuh 13% year on year.
Di sisi lain, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BRI sepanjang semester I mencapai Rp 945,05 triliun atau tumbuh 12,78%. Proporsi DPK BRI masih didominasi oleh dana murah (CASA) berupa tabungan dan giro dengan komposisi mencapai 57,35%. DPK BRI tumbuh jauh di atas pertumbuhan DPK industri perbankan di semester I 2019 yang hanya 7,42% secara tahunan berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Catatan lainnya pada kinerja BRI pada semester I 2019 yaitu NPL gross BRI tercatat sebesar 2,51% dengan NPL coverage 175,57%. Sementara rasio pinjaman terhadap simpanan alias loan to deposit ratio (LDR) BRI sebesar 94%, sedangkan rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) berada pada level 21,04%.
(Baca: Sunarso Calon Potensial BRI 1, Dipersiapkan Sejak Januari?)