Phapros Bidik Ekspansi Pabrik Farmasi ke Myanmar, Kamboja dan Nigeria

KATADATA
obat farmasi
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Ekarina
14/3/2019, 19.35 WIB

Untuk memuluskan rencana ekspansi, Phapros akan mencari pendanaan melalui penerbitan saham baru alias rights issue. Rencananya saham baru tersebut bakal dikeluarkan pada paruh kedua tahun ini dengan dengan target perolehan dana sebesar Rp 1 triliun melalui penerbitan 20% saham baru.

Selain untuk mendanai ekspansi pabrik, dana yang diproleh dari rights issue juga rencananya digunakan untuk membayar utang kepada perbankan yang dipinjam tahun lalu untuk mengakuisisi 55% saham PT Lucas Djaja.

Dengan akusisi tersebut, Phapros menargetkan pendapatan perusahaan tahun ini tumbuh 20%-30% dibandingkan tahun lalu yang hanya tumbuh 2% menjadi Rp 100,2 triliun. Perseroan mengaku cukup optimistis, karena pendapatan Lucas Djaja baru dikonsolidasikan sepenuhnya ke laporan keuangan perusahaan pada tahun ini.

Selain itu, mereka juga menargetkan laba bersih tumbuh hingga 15-20% dari laba bersih 2018. Tahun lalu, laba bersih perusahaan hanya tumbuh 6,41% menjadi Rp 133,29 miliar.

(Baca: Ekspansi Bisnis Obat, Phapros Siapkan Capex Rp 350 Miliar pada 2019)

Selain bakal membangun pabrik farmasi, Phapros juga berencana untuk menambah rumah sakit dan apotek. Saat ini, mereka sudah memiliki 20% saham di Rumah Sakit Permata Cirebon. Namun, Emmy belum bisa memastikan apakah mereka akan mengakuisisi rumah sakit baru atau menambah porsi kepemilikan saham di rumah sakit tersebut. 

Karena keputusan tersebut tergantung dari uji kelayakan bisnis yang akan mereka lakukan dalam waktu dekat. "Menambah rumah sakit itu masuk dalam rencana aksi korporasi perusahaan, tapi waktunya tergantung feasibility study. Kita lihat mana yang paling raisonal dan bermanfaat," kata Emmy.

(Baca: Perdana Diperdagangkan di Bursa, Saham Phapros Melesat 50%)

Sementara untuk kepemilikan apotek, Emmy juga belum bisa memastikan karena masih  menunggu proses peralihan 56,77% saham perusahaan dari induk usaha sebelumnya yakni PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT  RNI) ke PT Kimia Farma (Persero) Tbk rampung. Hal itu karena mereka perlu memetakan bisnis masing-masing perusahaan usai beralihnya mayoritas saham tersebut.

"Kalau memang sudah ada mapping bisnis masing-masing, mana yang kuat. Kalau di sana (Kimia Farma) lebih kuat, kita akan sinergi ke sana saja. Jadi, tunggu dulu saja," kata Emmy. 

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin