Dirut BEI: Bunga Acuan BI Naik, Minat Investor Saham Tetap Tinggi

Arief Kamaludin|Katadata
Penulis: Ihya Ulum Aldin
17/11/2018, 18.59 WIB

Pelaku pasar modal dalam negeri tidak terpengaruh dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang kembali menaikkan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate sebesar 25 basis poin ke level 6%. Kebijakan BI tersebut merupakan respons terhadap kondisi ekonomi saat ini yang sudah diprediksi oleh pelaku pasar sehingga justru menjadi sentimen positif bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dua hari terakhir.

Seperti diketahui, BI memutuskan menaikan suku bunga acuan dari 5,75% menjadi 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (15/11). Namun, dalam dua terakhir IHSG malah menguat 2,62% dari level 5.858,2 poin pada perdagangan Rabu (14/11) kemudian menembus level 6.012 pada perdagangan Jumat (16/11).

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan, minat investor pasar modal untuk menambah investasinya di dalam negeri tetap besar karena mereka sudah memprediksi ada kenaikan suku bunga acuan sebanyak 2 kali hingga akhir tahun. Salah satunya dalam RDG kemarin. "BI menaikkan suku bunga sekali lagi, tapi ternyata indeks juga naik signifikan," kata Inarno dalam acara Media Gathering di Surakarta, Jumat (16/11).

Keputusan BI menaikkan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate bukan tanpa alasan. Kebijakan tersebut diambil karena untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Desember mendatang. Kenaikan bunga acuan ini juga diharapkan dapat meningkatkan daya tarik aset-aset keuangan domestik.

(Baca: Dana Asing Masuk SUN Rp 23 T, Gubernur BI  Sebut Buah Kenaikan Bunga)

Meski hingga akhir tahun ini arah suku bunga acuan BI sudah dapat diperkirakan, lain halnya dengan tahun depan. Untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga pada tahun depan yang berpotensi menimbulkan arus keluar modal asing dari pasar saham, BEI telah menyiapkan beberapa inisiatif. BEI akan mempermudah pelaku pasar modal melakukan transaksi di bursa. “Sehingga kalau ada penurunan indeks akan diimbangi produk yang lebih variatif,” ujarnya.

Beberapa inisiatif yang bakal dikeluarkan oleh BEI, antara lain pembukaan rekening efek secara elektronik (e-registration). Tujuannya untuk mengefektifkan dan mengefisienkan transaksi di pasar saham. Selanjutnya, BEI juga bakal menerapkan mekanisme pembukuan secara elektronik (e-bookbuilding). Dengan demikian, perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan penawaran umum saham perdana lebih mudah menentukan harga saham perdananya. E-bookbuilding juga membuat investor retail dapat memiliki porsi saham yang lebih besar.

(Baca: BEI Pastikan Seluruh Elemen Pasar Modal Siap Terapkan T+2)