Bursa Saham Asia Perkasa di Tengah Anjloknya Indeks Amerika dan Eropa

Saham KATADATA | Arief Kamaludin
Saham KATADATA | Arief Kamaludin
12/10/2018, 13.57 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada sesi pertama perdagangan terakhir pekan ini. IHSG menguat bersama mayoritas indeks di bursa saham Asia, berbanding terbalik dengan penurunan tajam di bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

IHSG ditutup naik 0,97% ke level 5.758 pada perdagangan sesi pertama, setelah sehari sebelumnya anjlok 2,02%. Mayoritas indeks di bursa saham Asia juga mengalami kenaikan. Saat berita ini ditulis, Nikkei 225 di Jepang naik 0,46%, Hang Seng di Hong Kong 2,05%, dan CSI 300 di Tiongkok 1,80%. 

Sementara itu, penurunan tajam kembali terjadi di bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Pada perdagangan sebelumnya, indeks Dow Jones jatuh 2,13%, S&P 2,06%, dan Nasdaq Composite 1,25%. Sementara itu,Euro Stoxx 50 PR turun 1,77%, FTSE 100 1,94% dan Dax 1,48%. (Baca juga: Sentimen Global Pukul IHSG, Analis: Penguatan Tergantung Rupiah)

Seiring perkembangan tersebut, sejumlah nilai tukar mata uang di kawasan Asia mengalami penguatan terhadap dolar AS. Penguatan terbesar dialami won Korea Selatan 1,15%, diikuti dolar Taiwan 0,9%, dan rupee India 0,43%. Sementara itu, kurs rupiah menguat 0,28% ke posisi 15.193 per dolar AS. Adapun penguatan tersebut seiring dengan meredanya aksi jual asing di bursa saham domestik.

Adapun beberapa faktor disebut-sebut jadi penyebab pelemahan indeks di bursa AS dan Eropa yang sempat merembet ke bursa saham Asia. Faktor yang dimaksud yaitu aksi ambil untung investor seiring nilai saham yang sudah terlalu mahal, khususnya saham teknologi di AS. Faktor lainnya, potensi kenaikan lebih lanjut bunga AS, hingga kekhawatiran terkait dampak perang dagang AS dengan mitranya termasuk Tiongkok terhadap ekonomi dunia.

Di sisi lain, rencana pertemuan Presiden Tiongkok Xi Jinping dengan Presiden AS Donald Trump di pertemuan G20 bulan depan memberikan sentimen positif di pasar. Pertemuan tersebut diharapkan menghasilkan kesepakatan yang bisa memperbaiki hubungan dagang kedua negara.