Barito Pacific Targetkan PLTU Java Unit 9 dan 10 Beroperasi 2023

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Ihya Ulum Aldin
18/7/2018, 18.02 WIB

PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Java unit 9 dan 10 bisa beroperasi pada 2023. Kapasitas pembangkit ini sebesar 2x1000 megawatt (MW) dengan total biaya proyek diperkirakan sebesar US$ 3,1 miliar.

Proyek ini dikerjakan oleh anak usaha BRPT yang baru diakuisisi pada Juni lalu, yaitu Star Energy. Star Energy membangun proyek ini dengan membentuk usaha patungan (joint venture) bersama anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), yaitu Indonesia Power. Persentase kepemilikan Star Energy di dalam proyek ini sebesar 49%, sisanya dipegang oleh Indonesia Power.

"Jadi proyek ini, mereka (Star Energy) baru menunjuk kontraktor EPC (rekayasa, pengadaan, dan konstruksi)," kata Direktur dan Chief Official Officer (CFO) BRPT David Kosasih di Wisma Barito Pacific, Jakarta, Rabu (18/7). Proyek ini segera memulai tahap konstruksinya setelah secara keputusan akhir pendanaannya (financial closing) selesai pada pertengahan 2019.

(Baca: Barito Pacific Targetkan Kontribusi Laba 50% dari Star Energy)

Star Energy juga memiliki beberapa area eksplorasi panas bumi baru, salah satunya di Gunung Salak. Targetnya, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Salak Binary berkapasitas 15 MW bisa beroperasi pada 2021 dan PLTP Salak Unit 7 berkapasitas 55 MW pada 2023.

"Lalu ada dua eksplorasi Star Energy di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Hamiding (Halmahera, Maluku Utara) dan WKP Sekicau (Lampung). Itu, saat ini sedang dalam tahap eksplorasi. Diperkirakan akan operasi setelah 2024," kata David menambahkan.

Saat ini, Star Energy mengoperasikan tiga PLTP dengan total kapasitas mencapai 875 MW. Menurut David kapasitas pembangkit yang dimilikinya merupakan yang terbesar ketiga di dunia dari hasil panas bumi (geothermal). (Baca: Unit Ketiga PLTP Terbesar di Dunia Resmi Beroperasi Secara Komersial)

Ketiga PLTP tersebut adalah PLTP Wayang Windu unit 1 dan 2 di Bandung, Jawa Barat dengan total kapasitas 227 MW. Kepemilikan Star Energy di PLTP ini sebesar 60%. Lalu, PLTP Salak unit 1 sampai 6 dengan total kapasitas 377 MW di Bogor dan Sukabumi. Star Energy mengantongi 51,95% kepemilikan di PLTP ini. Terakhir, PLTP Darajat unit 1 sampai 3 dengan total kapasitas 271 MW di Garut dan Bandung. Kepemilikannya sebesar 51,95%.

"Barito akan terus melakukan pengembangan bisnis, ekspansi. Secara historis sudah terbukti, kami selalu mampu menyelesaikan proyek-proyek ekspansi dengan tepat waktu,” kata David. Ini sesuai dengan rencana anggaran perusahaan dan tercermin dari kinerja perseroan yang terus meningkat.

Sepanjang 2017, Barito Pacific membukukan kenaikan pendapatan bersih sebesar 25% menjadi US$ 2,45 miliar. Dengan pertumbuhan ini BRPT mampu mengantongi laba bersih US$ 279,9 juta. Total aset yang dimiliki perusahaan juga naik 42% menjadi US$ 3,64 miliar.

(Baca: Kapasitas Terpasang Pembangkit Panas Bumi Indonesia Lampaui Filipina)