PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengapresiasi langkah perusahaan rintisan (startup) yang telah dan berencana melakukan penawaran perdana saham (initial publik offering/IPO). Ini menjadi bukti bahwa keberadaan BEI sebagai pengelola pasar modal di Indonesia bukan hanya bisa dinikmati perusahaan besar.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menjelaskan pihaknya akan terus menjalankan amanat pembentukan perusahaannya pada 10 Agustus 1977 untuk menjadi alat guna mencari pendanaan alternatif jangka panjang. Bukan hanya perusahaan di Jakarta, tetapi di seluruh Indonesia. Bukan hanya perusahaan besar, yang belum besar juga bisa memanfaatkan pasar modal.
Hari ini ada PT Kioson Komersial Indonesia mengawali perusahaan startup teknologi mencatatkan sahamnya di BEI. "Ini membuktikan bahwa bukan hanya perusahaan besar saja yang dicatatkan sahamnya itu," ujar Tito saat membuka acara IPO Kioson di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (5/10).
Tito berharap dengan adanya Kioson sebagai startup pertama yang melantai di bursa saham, dapat menjadi pendorong startup lainnya untuk bisa mencari alternatif pendanaan di pasar modal. Kioson menargetkan pendapatan sebesar Rp 45 miliar dari aksi korporasi. Target perolehan dana yang bisa dibilang cukup kecil bagi perusahaan di pasar modal.
Menurut Tito, langkah untuk masuk bursa ini justru membuka peluang untuk menjadikan perusahaan lebih besar. Bukan malah sebaliknya, banyak perusahaan yang menunggu hingga menjadi besar, sebelum memutuskan IPO. "Jadi, saya sangat men-support (startup masuk pasar modal). BEI menyediakan karpet merah untuk perusahaan-perusahaan semacam ini," ujarnya.
(Baca juga: OJK Turunkan Batasan Aset IPO agar Startup Bisa Masuk Bursa)
Kioson dianggap cukup berani melakukan IPO. Hingga saat ini startup tersebut sebenarnya masih mengalami kerugian, Menurut Tito, tidak ada ketentuan bahwa kinerja keuangan perusahaan harus baik dan mencatatkan laba untuk bisa masuk ke pasar modal. Namun dalam dua tahun setelah IPO, perusahaan tersebut harus bisa memperoleh keuntungan.
Sementara itu, Direktur Utama Kioson Jasin Halim merasa cukup optimistis bisa memperoleh keuntungan dalam dua tahun ke depan. Salah satu langkah yang bisa diambil untuk mengejar target tersebut adalah diambil adalah dengan menyisihkan 75,95 persen dana IPO untuk mengakuisisi PT Narindo Solusi. Narindo merupakan perusahaan agregator e-voucher yang telah memiliki banyak pelanggan dari perusahaan e-commerce besar.
Narindo diklaim memiliki pendapatan sekitar Rp 400 miliar sampai dengan April 2017 ini. Di tahun 2018, Narindo ditargetkan bisa memperoleh pendapatan sebesar Rp 2 triliun. Adapun, rencana akuisisi ini akan dilangsungkan pada pekan depan. Dengan akuisisi ini, jaringan Kioson di daerah akan semakin kuat dan profitabilitas Narindo dapat berpengaruh pada laba Kioson.
Seperti yang diharapkan BEI, Jasin juga berharap dengan menjadi startup pertama yang melantai di bursa, bakal ada startup lain yang mengikuti jejaknya. Dia menyadari dengan banyaknya startup yang mlantai di bursa saham, akan membuat persaingan semakin ketat.
Meski begitu, hal ini akan baik untuk perkembangan bisnis ke depan. Banyaknya startup yang memiliki usaha hampir sejenis dengan Kioson, justru bisa mendongkrak popularitas jenis bisnis tersebut. "Kami ini termasuk bisnis di greenfield, justru dengan semakin banyak yang masuk diharapkan semakin mengangkat," ujarnya.
(Baca: Pemerintah Bantu 40 E-Commerce Lokal Gaet Investor Jepang)