Perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di sektor e-commerce  Online-to-Offline (O2O) PT Kioson Komersial Indonesia berencana untuk melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) untuk mencari dana segar Rp 45 miliar. Perusahaan yang baru berumur dua tahun tersebut akan menjadi startup pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur Utama Kioson Jasin Halim mengatakan, pihaknya memilih mencari pendanaan di pasar modal lantaran enggan melepas mayoritas kepemilikannya ke perusahaan modal ventura. "Banyak Venture Capital kebanyakan mau investasi mayoritas. Kami belum siap, makanya kami memilih jalur IPO," kata Jasin saat Konferensi Pers, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (7/5). (Baca juga: OJK Turunkan Batasan Aset IPO agar Startup Bisa Masuk Bursa)

Kioson akan menawarkan sebanyak-banyaknya 150 juta lembar saham atau 23,07% dari total modal ditempatkan dengan rentang harga Rp 280-300 per lembar saham. Dengan demikian, perusahaan menargetkan dapat memperoleh dana segar sebesar Rp 42-45 miliar.

Rencananya, dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan bisnis. Adapun penawaran awal saham (book building) dilakukan 7-11 September 2017 dengan Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin emisinya (underwriter). (Baca juga: Bos GDP Venture: Dari Seribu Startup, Hanya 2% yang Bertahan)

Hingga April 2017, Kioson telah memiliki lebih dari 15 ribu mitra kios yang tersebar di 384 kota di Indonesia. Kioson menargetkan, mitra kios yang bekerja sama dapat mencapai 30 ribu mitra kios pada akhir 2017.

Adapun omset Kioson mencapai Rp 25,9 miliar atau naik 445% dibanding posisi sama tahun lalu. Sementara itu, beban pokok penjualan meningkat 398% menjadi Rp 25,5 miliar. Dengan perkembangan tersebut, perusahaan masih belum mencetak laba. Kioson membukukan kerugian sebesar Rp 4,4 miliar.

Jasin menargetkan perusahaan bakal mulai untung pada 2018. Adapun total aset perusahaan tercatat sebesar Rp 44,77 miliar atau naik 25,29% dibandingkan dengan posisi akhir 2016.

Untuk meyakinkan investor, Jasin menuturkan, Kioson berencana menggunakan 75,76% dana IPO untuk mengakuisisi PT Narindo Solusi, perusahaan agregator e-voucher yang telah memiliki banyak pelanggan dari perusahaan e-commerce besar. Narindo sendiri diklaim memiliki pendapatan sekitar Rp 400 miliar sampai dengan April 2017 ini. 

Di tahun 2018, Narindo ditargetkan dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp 2 triliun. "Jadi, ini peluang besar untuk membantu bottom line di Kioson," ujarnya. Sementara itu, sisa perolehan dana IPO ini akan digunakan untuk memperkuat struktur dan menambah portofolio, yang diharapkan akan memberikan kontribusi positif kepada kinerja keuangan.

Secara bersamaan, Kioson juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 150 juta Waran Seri I yang menyertai saham baru Kioson atau sebanyak-banyaknya 30% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh. Waran akan diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham.