Penambahan jumlah investor ini diikuti dengan peningkatan jumlah transaksi, walaupun tidak signifikan. Tercatat transaksi harian pada semester I-2017 sebesar Rp 7,5 triliun, naik tipis dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 7,4 triliun. Hal ini menjadi dasar asumsi Nicky bahwa konsumsi masyarakat turun bukan karena daya beli rendah, tetapi menahan konsumsi untuk berinvestasi.

"Jadi, indikator yang digunakan banyak pihak yang menilai penurunan daya beli itu rasanya harus menganalisa lebih jauh dari faktor-faktor di luar itu semua," ujarnya. 

Sementara itu, Wakil Gubernur terpilih DKI Jakarta periode 2017-2022 Sandiaga Uno menjelaskan munculnya polemik mengenai penurunan daya beli ini karena tidak sinkronnya data makro dengan sektor informal. Kurang bergairahnya usaha di sektor barang konsumsi atau Fast Moving Consumer Goods (FMCG), karena sektor informal yang kesulitan mengembangkan lahan usahanya.

"Omzet mereka menurun, sehingga akhirnya pembelian dari sektor consumer dan konsumsi itu menurun," ujarnya. (Baca: BI: Masyarakat Kelas Menengah Pilih Menabung Ketimbang Belanja)

Meski begitu, daya beli masyarakat justru tidak terlihat menurun di sektor properti. Menurut Sandiaga, sektor properti seperti pembangunan perumahan dengan harga terjangkau ini masih banyak peminatnya. Justru yang mengalami perlambatan signifikan adalah perumahan menengah ke atas.

Halaman: