KATADATA ? Indeks harga saham gabungan (IHSG) dan kurs rupiah terjerembab terkena dampak kebijakan bank sentral Cina yang menurunkan nilai mata uangnya. Pada pagi ini, IHSG dibuka di posisi 4.522 poin, dan terus melorot sebesar 2,6 persen sampai pukul 10.30. Begitupula dengan kurs rupiah yang tembus hingga level Rp 13.800 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Asia First Capital David Nathanael Sutyanto mengatakan, indeks akan sulit kembalI ke level 5.000 seperti perkiraan semula. Bahkan, sentimen positif dari dalam negeri pun tetap sulit mendorong IHSG melaju lebih tinggi.
Menurut dia, tren pelemahan ini baru bisa berhenti jika bank sentral Cina dan Amerika Serikat (AS) mau menyetop membuat kebijakan yang menyebabkan ketidakpastian pasar.
?(Pelemahan ini) akan terus menerus, sampai Cina berhenti membuat kebijakan yang bombastis. Sampai bank sentral Cina dan The Fed stop memberikan pernyataan yang membuat pasar grogi,? kata dia saat dihubungi Katadata, Rabu (12/8).
Hari ini, Bank of China kembali mendevaluasi mata uang yuan sebesar 1,6 persen, setelah sehari sebelumnya menurunkan sebesar 1,9 persen. Kebijakan bank sentral Cina tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan ekspornya. Alhasil langkah ini menyebabkan dolar semakin kuat, sehingga membuat the Fed kemungkinan menunda kenaikan suku bunga yang rencananya akan dilakukan pada bulan depan.
Analis NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada juga menyampaikan, pasar kembali pesimistis ketika rupiah melemah hingga ke level Rp 13.800 per dolar AS. Pelemahan rupiah juga akan berdampak buruk bagi kinerja emiten, khususnya pengimpor.
?Pelaku pasar langsung price in dan berasumsi kinerja emiten akan semakin melemah dengan pelemahan rupiah, sehingga aksi jual pun kembali marak dan tak terhindarkan,? tutur dia.