PT Bukit Asam Tbk atau PTBA membagikan dividen sebesar Rp 3,65 triliun atau setara dengan 90% dari total laba bersih perusahaan tahun lalu sebesar Rp 4,1 triliun. Hal tersebut diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar Rabu (10/6).
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin memastikan dividen yang dibagikan tak akan mengganggu arus kas perusahaan di tengah pandemi corona. Likuiditas perusahaan masih terjaga karena kinerja perusahaan cukup baik sejak 2017-2019.
"Pembayaran dividen tidak berpengaruh ke arus kas dalam hadapi pandemi dan dalam mendukung ekspansi kami menjalankan proyek yang direncanakan," kata Arviyan dalam konferensi pers secara virtual pada Rabu (10/6).
Dia mengatakan posisi kas perusahaan saat ini sekitar Rp 8 triliun. Jika dikurangi dividen yang bayarkan senilai Rp 3,65 triliun, posisi kas masih tersisa RP 4,35 triliun. Apalagi, Bukit Asam pada tahun ini mempertahankan target-target kinerjanya sehingga bakal ada tambahan kas.
(Baca: Inalum Dukung PTBA Lanjutkan Proyek Gasifikasi Batu Bara)
Di sisi lain, pemegang saham mayoritas perusahaan yaitu PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum menyetujui adanya perubahan susunan pengurus Bukit ASam. Salah satunya dengan mengangkat Hadis Surya Palapa sebagai Direktur Operasi dan Produksi menggantikan Suryo Eko Hadianto.
Selain itu, hasil RUPST juga mengangkat E. Piterdono HZ, Carlo Brix Tewu, dan Irwandy Arif sebagai komisaris menggantikan Robert Heri, Taufik Madjid, dan Soenggoel Pardamean Sitorus. Sedangkan, Andi Pahril Pawi diangkat sebagai komisaris independen menggantikan Heru Setyobudi Suprayogo.
Dari kinerja keuangan, Bukit Asam mencatatkan laba bersih pada tahun lalu senilai Rp 4,1 triliun dengan EBITDA sebesar Rp 6,4 triliun. Laba tersebut disokong pendapatan senilai Rp 21,8 triliun yang tumbuh sebesar 3% dari tahun sebelumnya.
Pendapatan ini terdiri dari pendapatan penjualan batu bara domestik sebesar 57%, penjualan batu bara ekspor sebesar 41%, dan aktivitas lainnya sebesar 2% yang meliputi penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah dan inti sawit, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.
Pencapaian laba dan pendapatan ini tentu didukung oleh kinerja operasional perusahaan yang mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun lalu, produksi batu bara perseroan mengalami kenaikan 10,2% dari tahun sebelumya atau naik menjadi 29,1 juta ton. Kapasitas angkutan batu bara juga mengalami kenaikan menjadi 24,2 juta ton atau naik 7,0% dari tahun 2018.
(Baca: Imbas Pandemi Covid-19, PTBA Pertimbangkan Revisi Belanja Modal 2020)