Tiga Hari ARA, Sampai Kapan Lonjakan Saham Indofarma dan Kimia Farma?

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.
Pekerja mengambil gambar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ponselnya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
23/7/2020, 19.31 WIB

Meski begitu, kata Hans, sentimen pasar perihal kemajuan penelitian vaksin ini tak berlangsung lama. Pasalnya vaksinnya belum tentu manjur 100%. Sebab probilitas kegagalannya juga besar yakni 42%. Terlebih jika pun vaksin ini terbukti bisa menyembuhkan Covid-19, proses produksinya masih lama.

(Baca: Biofarma, Kalbe hingga Eijkman Adu Cepat Uji Vaksin Covid-19)

Vaksin ini paling cepat diproduksi sekitar enam bulan, jika lolos uji klinis tahap ketiga akhir bulan ini. Itu sebabnya, ia mengingatkan agar pelaku pasar ekspektasinya tidak berlebihan. “Ini sentimen sesaat. Seluruh dunia juga lagi happy. Tapi hati-hati jangan berlebihan juga,” ujarnya.

Di sisi lain, Hans mengakui seluruh dunia sedang membutuhkan vaksin untuk meredam penyebaran virus corona. Jika vaksin ditemukan, menurutnya, bursa saham global akan menghijau, termasuk IHSG. “Intinya pasar akan menunggu vaksin. Kalau vaksin ada (IHSG) akan naik terus,” jelasnya.

Analis CSA Research Institute, Reza Priyambada, sependapat bahwa uji coba klinis tahap ketiga vaksin buatan Indonesia hanya sentimen sementara dampaknya kepada saham INAF dan KAEF.

Alasannya vaksin masih perlu beberapa tahapan untuk memastikan keakuratannya. “Saya prediksi sentimen ini paling bertahan sekitar dua mingguan,” katanya kepada Katadata.co.id.

(Baca: Kabar Vaksin Corona, Harga Saham Kimia Farma & Indofarma Melonjak 24%)

Halaman:
Reporter: Muchammad Egi Fadliansyah