Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah dalam enam hari perdagangan berturut-turut. Pada perdagangan sesi pertama Kamis (28/1) ditutup anjlok 1,40 % ke level 6.023,72.
Sejak enam hari terakhir, IHSG mengalami koreksi hingga 6,31%. Meski begitu, investor asing terus memborong saham dengan pembelian bersih senilai Rp 415,56 miliar di pasar reguler.
Kepala Riset Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan masuknya investor asing ke pasar saham Indonesia karena banyaknya stimulus yang diberikan pemerintah Amerika Serikat. Akhir tahun lalu, pemerintah AS meneken stimulus senilai US$ 900 miliar.
Stimulus tersebut membuat likuiditas institusi meningkat sehingga institusi melakukan diversifikasi portofolio di berbagai negara. "Institusi juga berinvestasi di negara berkembang yang mempunyai return lebih besar daripada negara maju," kata Lanjar kepada Katadata.co.id, Kamis (28/1).
Indonesia dipilih sebagai tujuan investasi oleh investor asing, karena dinilai sebagai negara berkembang yang sukses setelah India. Sehingga, investor asing masuk di saat investor domestik sedang dalam kondisi pesimis.
"Kenapa investor asing masuk, tapi IHSG turun? Karena domestiknya jual, tapi asingnya optimis untuk jangka panjang," kata Lanjar menambahkan.
Investor dalam negeri pesimistis melihat harga saham di Bursa yang sudah melambung cukup tinggi dan membuat mereka melakukan aksi jual. Hal itu terlihat dari IHSG yang sempat menyentuh level 6.435 pada 13 Januari 2021, level yang bahkan lebih tinggi dibanding sebelum adanya pandemi Covid-19.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, investor asing melihat valuasi saham di Indonesia sudah mulai wajar karena IHSG kembali mendekati level 6.000 sehingga cenderung murah. Meski tidak semurah pada saat awal pandemi Covid-19 pada Maret 2020 lalu, namun saat ini menjadi salah satu peluang untuk membeli.
"Investor asing yang mau memegang agak lama, di atas satu tahun, ini kesempatan waktu koreksi beli. Kalau asing kan pegangnya bisa lama," kata Wawan kepada Katadata.co.id.
Sepekan terakhir, investor asing masuk ke pasar saham Indonesia dengan memborong saham-saham di sektor perbankan. Nilai beli bersih terbesar oleh asing terjadi di saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 693,3 miliar. Sayangnya, sepekan terakhir saham ini terkoreksi 2,76% menjadi Rp 7.050 per saham.
Saham lain yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga diborong asing dengan nilai bersih Rp 309,3 miliar. Saham bank BUMN ini pun tercatat mengalami penurunan dalam sepekan terakhir sebesar 4,59% menjadi Rp 4.570 per saham.
Di luar perbankan, Saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) ternyata juga diminati dengan nilai bersih Rp 109,9 miliar. Saham perusahaan semen ini tercatat anjlok hingga 12,72% dalam sepekan terakhir menjadi Rp 13.375 per saham.