Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok hingga 1,27% menyentuh level 5.760 pada perdagangan Rabu (19/5). Penurunan drastis ini terjadi untuk kedua kalinya dalam sepekan, setelah pada Senin (20/5) indeks juga ditutup merosot hingga 1,76%.
Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan, ihsg turun dalam beberapa waktu belakangan karena antisipasi gelombang positif Covid-19 yang terjadi di kawasan Asia, yakni India, Thailand, dan Singapura.
Penurunan indeks juga terjadi karena perdagangan saham di bursa nasional libur selama tiga hari pekan lalu, seiring momentum Idulfitri dan Kenaikan Isa Almasih. Adrian mengatakan, saat libur, indeks-indeks di pasar regional bergerak turun mengantisipasi gelombang Covid-19.
"Makanya pada saat pekan ini perdagangan saham di Indonesia dibuka kembali, terjadilah resolve. Seperti di-price in oleh investor," kata Adrian dalam outlook ekonomi yang digelar secara virtual, Rabu (19/5).
Penurunan indeks yang signifikan pada pekan ini membuat IHSG semakin menjauh dari level psikologis 6.000. Terakhir kali indeks berada pada level 6.000 adalah saat penutupan perdagangan 20 April 2021.
Adrian mengatakan, tren penurunan indeks dalam beberapa bulan terakhir disebabkan peluang pemulihan ekonomi di negara-negara maju lebih cepat dibanding negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Dikhawatirkan pemulihan ekonomi negara maju lebih cepat dibandingkan di negara berkembang, terutama di konteks ini Indonesia," ujar Adrian.
Meski indeks sedang tertekan karena beberapa sentimen, Mandiri Sekuritas masih optimistis IHSG akan berada di level 6.850 pada akhir tahun ini. Salah satu faktor yang mendongkrak gerak indeks saham adalah potensi kinerja perusahaan tercatat akan membaik pada tahun ini dibandingkan 2020.
"Indeks target kami masih maintenance di 6.850 untuk indeks target, tidak ada perubahan dari skenario kami," kata Adrian.
Berdasarkan proyeksi terhadap perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh Mandiri Sekuritas, pertumbuhan pendapatan perusahaan mencapai 40% pada tahun ini dibandingkan tahun lalu. Pada 2022, pertumbuhan pendapatan emiten diproyeksi mencapai 18% secara tahunan.