IPO Jumbo Rp 2,7 T, Harga Saham Archi Milik Peter Sondakh Melesat 13%

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (8/12/2020).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
28/6/2021, 10.26 WIB

Saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia melalui skema penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO), Senin (28/8). Harga saham perusahaan tambang pure-play emas ini langsung naik hingga 13,3% menyentuh harga Rp 850 pada awal perdagangan.

Berdasarkan data RTI Infokom, hingga 10 menit usai perdagangan dibuka, saham Archi diperdagangkan sebanyak 131,69 juta unit saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 104,04 miliar. Nilai kapitalisasi pasar Archi mencapai Rp 20,12 triliun.

Nilai penawaran umum IPO dari perusahaan yang memiliki tambang emas Toka Tindung di Sulawesi Utara ini mencapai Rp 2,79 triliun. Hal itu berasal dari 3,72 miliar unit saham atau setara 15%, yang ditawarkan perusahaan dengan harga penawaran Rp 750 per saham.

Jumlah saham tersebut dibagi menjadi dua, dimana sebanyak 1,24 miliar unit saham atau 5% merupakan saham baru yang diterbitkan perusahaan. Sementara, 2,48 miliar atau 10% merupakan saham milik PT Rajawali Corpora (pemegang saham pengendali).

Dengan pelepasan ini maka Rajawali Corpora yang didirikan oleh Peter Sondakh saat ini memiliki 84,99% saham Archi. Lalu, PT Wijaya Anugerah Cemerlang memegang 0,01% saham perusahaan. Sementara, masyarakat memiliki 15% saham Archi.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI Gede Nyoman Yetna Setya mengatakan, bursa senantiasa mendukung perseroan menjadi perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang atraktif. Selain itu, bursa memberikan nilai yang optimal kepada perusahaan.

"Tentu diharapkan perusahaan mampu berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Semoga sukses menjadi bagian dari ekosistem pasar modal, memulai perjalanan menjadi perusahaan yang naik kelas," kata Nyoman dalam sambutan IPO Archi.

Berdasarkan prospektus, perusahaan pertambangan emas tersebut, rencananya akan menggunakan 95% dana hasil penjualan saham baru untuk membayar sebagian pokok utang bank. Pembayaran ini lebih awal dilakukan karena sebenarnya jatuh tempo pada 2025.

Sisa dana yang diperoleh dari aksi korporasi ini akan digunakan perusahaan untuk pembiayaan kegiatan operasional dan modal kerja. Bentuk penyaluran dana kepada entitas anak akan dilakukan dalam bentuk pinjaman kepada pihak berelasi.

Archi memiliki rencana untuk melakukan ekspansi bisnis antara lain mendorong kegiatan eksplorasi tambang demi menemukan cadangan baru. Saat ini, Archi baru melakukan eksplorasi dan penambangan kurang dari 10% terhadap wilayah konsesi yang memiliki total luas keseluruhan sekitar 40.000 hektar (ha).

Di samping itu, perusahaan juga berencana menggandakan kapasitas pabrik pengolahan dalam lima tahun ke depan. Untuk keperluan ekspansi bisnis tersebut dan belanja modal lainnya, Archi telah menyiapkan kas internal untuk belanja modal sekitar Rp 1,2 triliun di tahun ini.

Reporter: Ihya Ulum Aldin