Perusahaan perdagangan elektronik (e-commerce) PT Bukalapak.com menjadi perusahaan rintisan (startup) pertama nasional yang membuka laporan keuangan terbarunya, seiring rencana go public di lantai bursa dalam waktu dekat.
Dalam laporan keuangan, entitas usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) ini tercatat masih membukukan rugi bersih Rp 323,24 miliar pada triwulan I-2021. Kerugian menurun 17,85% dibanding rugi bersih pada periode sama tahun lalu Rp 393,49 miliar.
Berdasarkan prospektus Bukalapak, penurunan rugi bersih tersebut utamanya disebabkan oleh pendapatan neto Bukalapak pada tiga bulan pertama tahun ini yang senilai Rp 423,7 miliar atau tumbuh 32,31% dibanding triwulan I-2020 senilai Rp 320,23 miliar.
Setelah dikurangi beban, rugi usaha Bukalapak tercatat senilai Rp 327,99 miliar dalam tiga bulan pertama tahun ini. Rugi usaha tersebut menyusut 17,39% dibanding periode sama tahun lalu Rp 397,02 miliar.
Total aset Bukalapak per akhir Maret 2021 tercatat senilai Rp 2,75 triliun atau tumbuh dari posisi per akhir Desember 2020 Rp 2,59 triliun. Mayoritas aset Bukalapak pada Maret 2021 berasal dari aset lancar senilai Rp 1,98 triliun, sedangkan aset tidak lancar Rp 765,02 miliar.
Sementara itu, total liabilitas Bukalapak per Maret 2021 Rp 1,04 triliun atau naik dari Desember 2020 senilai Rp 985,82 miliar. Liabilitas Maret 2021 berasal dari utang jangka pendek senilai Rp 945,72 miliar, dan utang jangka panjang Rp 99,36 miliar.
Bukalapak tengah bersiap untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui skema penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO). Rencananya, pencatatan saham Bukalapak di BEI pada 6 Agustus 2021.
Unicorn ini berencana menjual 25,76 miliar saham ke publik atau setara 25% dari total saham, dengan target perolehan dana hingga Rp 21,9 triliun.
Bukalapak menawarkan saham kepada masyarakat dengan harga berkisar antara Rp 750 sampai Rp 850 per saham. Alhasil, perusahaan berpotensi meraup dana maksimal hingga Rp 21,9 triliun dan bakal menjadi IPO terbesar sepanjang sejarah di Indonesia.
Dana yang berhasil diraup tersebut sekitar 66% akan digunakan untuk keperluan modal kerja. Sisanya digunakan untuk modal kerja entitas anak, yaitu sekitar 15% dialokasikan kepada PT Buka Mitra Indonesia dan sekitar 15% untuk PT buka Usaha Indonesia.
Lalu sekitar 1% untuk PT Buka Investasi Bersama, sekitar 1% untuk PT Buka Pengadaan Indonesia, sekitar 1% untuk Bukalapak Pte. Ltd, dan 1% untuk PT Five Jack.