Meski Pendapatan Indocement Naik 4% Capai Rp 14 T, Laba Tergerus 1%

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Gedung Semen Tiga Roda di kawasan Jakarta (30/10/2019).
25/3/2022, 15.30 WIB

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan pendapatan Rp 14,77 triliun sepanjang 2021. Perusahaan mengalami pertumbuhan pendapatan 4,14% dari pendapatan pada 2020 sebesar Rp 14,18 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, peningkatan pendapatan ini ditopang oleh kenaikan penjualan semen sebesar 3,75% menjadi Rp 13,9 triliun dibandikan pencapaian 2020 sebesar Rp 13,4 triliun. Penjualan segmen beton siap pakai perseroan juga naik dari Rp 1,04 triliun di 2020 menjadi Rp 1,06 triliun. Kemudian, pendapatan dari tambang agregat juga meningkat 431,6% menjadi Rp 150,2 miliar dari sebelumnya Rp 28,2 miliar.

Adapun, penjualan kepada pihak ketiga di pasar domestik khususnya pulau Jawa mendominasi, yakni sebesar Rp 11 triliun. Sedangkan penjualan kepada pelanggan di luar Pulau Jawa senilai Rp 3,55 triliun dan penjualan kepada pihak berelasi ke pasar ekspor senilai Rp 215,84 miliar.

Di samping itu, beban pokok pendapatan perseroan juga tercatat naik 6,34% menjadi Rp 9,6 triliun menjadi Rp 9,07 triliun pada 2021. Adapun, beban yang mengalami kenaikan adalah biaya bahan bakar dan listrik, naik 25,21% menjadi Rp 4,32 triliun dari sebelumnya Rp 3,,45 triliun.

Kemudian, beban penjualan perseroan juga naik 6% menjadi Rp 2,59 triliun dari sebelumnya Rp 2,45 triliun, tapi beban umum dan administrasi menurun 11,48% menjadi Rp 621,50 miliar dari sebelumnya Rp 702,10 miliar.

Meski meraup peningkatan pendapatan, laba bersih INTP turun 0,99% menjadi sebesar Rp 1,78 triliun sepanjang 2021, dari perolehan laba bersih 2020 sebesar Rp 1,80 triliun.

Sementara itu, hingga akhir 2021 perseroan mencatatkan penurunan jumlah aset menjadi Rp 26,1 triliun dari Rp 27,3 triliun pada periode sebelumnya. Perseroan juga mencatatkan penurunan kas dan setara kas menjadi Rp 6,14 triliun dari sebelumnya Rp 7,6 triliun.

Di sisi lain, jumlah liabilitas perseroan naik menjadi Rp 5,5 triliun di akhir Desember 2021, dari sebelumnya Rp 5,16 triliun. Sedangkan, jumlah ekuitas perseroan tercatat turun dari sebelumnya Rp 22,17 triliun, menjadi Rp 20,6 triliun di akhir 2021.

Lebih lanjut, perseroan memproyeksikan industri semen nasional akan tumbuh 4%-5% tahun ini. Tahun ini, perseroan juga tengah mempersiapkan langkah antisipasi persaingan yang semakin meningkat dari pemain baru di Jawa Tengah, yang sudah mulai berproduksi komersial pada akhir tahun 2021. Perseroan juga mencermati bahwa, tahun ini biaya energi tetap tinggi, terutama pada volatilitas harga batubara dan bahan bakar.

"Kami telah menaikkan harga jual di bulan Maret untuk mengkompensasi sebagian dari kenaikan biaya energi dan akan terus memantau secara seksama perkembangan pangsa pasar kami, untuk melihat apakah kenaikan harga tersebut diikuti oleh pesaing atau tidak," tulis manajemen dalam materi paparan publik, dikutip Jumat (25/3).

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi