Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street terperosok tajam pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat atau Jumat waktu Indonesia Barat.
Penurunan indeks saham dipicu meningkatkan kecemasan investor terkait laporan data inflasi utama yang diperkirakan akan menunjukkan harga-harga konsumen tetap tinggi pada Mei 2022.
Dikutip dari Reuters, ketiga indeks utama bursa AS ambrol. Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 1,94% atau 638 poin menjadi menetap di 32.272 poin. Indeks S&P 500 merosot 2,38% atau 97 poin menjadi berakhir di 4.017 poin, sedangkan Indeks Komposit Nasdaq anjlok 2,75% atau 332 poin menjadi ditutup di 11.754 poin.
Sebanyak 11 sektor utama S&P 500 berakhir di wilayah negatif, dengan sektor layanan komunikasi dan teknologi masing-masing tergelincir 2,75% dan 2,72%, memimpin kerugian.
Ketiga indeks utama mencatat persentase penurunan harian terbesar sejak pertengahan Mei 2022. Indeks S&P 500 turun terpuruk 15,7% sepanjang tahun ini dan Indeks Nasdaq terperosok sekitar 25%.
Seiring dengan itu, mayoritas bursa-bursa di kawasan Asia juga berada di zona merah, termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menyusut 1,34% ke level 7.086 menjelang penutupan perdagangan hari ini.
Selanjutnya, indeks Nikkei 225 juga merosot 1,51%, kemudian Hang Seng Index turun 0,18%. Lalu, Strait Times Index terkoreksi 0,86%. Sementara Shanghai Composite Index tercatat naik 0,58%.
Aksi jual meningkat menjelang akhir sesi. Saham-saham pertumbuhan berkapitalisasi besar memimpin penurunan, dengan Apple Inc dan Amazon.com Inc masing-masing merosot 3,6% dan 4,2%, dan memberikan tekanan paling besar pada indeks S&P 500 dan Nasdaq.
Bersamaan degan itu, imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun malah naik 3,073%, level tertinggi sejak 11 Mei.
Kenaikan tajam harga minyak baru-baru ini juga membebani sentimen sebelum laporan indeks harga konsumen AS pada Jumat waktu setempat.
"Kami sedang bersiap-siap untuk berita tentang inflasi," kata Presiden Chase Investment Counsel, Peter Tuz, dikutip Reuters, Jumat (10/6).
Tuz memperkirakan data akan menunjukkan harga konsumen naik setidaknya 0,7% pada Mei, sedangkan indeks harga konsumen inti, tidak termasuk sektor makanan dan energi meningkat 0,5%.
Kondisi inflasi mendorong kekhawatiran bahwa bank sentral AS, Federal Reserve akan menaikkan suku bunga lebih agresif dari perkiraan sebelumnya.
The Fed telah menaikkan suku bunga jangka pendeknya sebesar tiga perempat poin persentase tahun ini dan berniat mempertahankannya dengan kenaikan 50 basis poin pada pertemuannya pekan depan.