Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan kembali turun pada perdagangan hari ini, Selasa (14/6). Penurunan indeks akan berlanjut seiring kejatuhan kembali indeks Wall Street menjelang pengumuman suku bunga The Federal Reserve.
Bursa saham Wall Street tadi malam berakhir di zona merah. Indeks Dow Jones anjlok 2,79%, Nasdaq 4,68%, dan S&P 500 3,88%. Sementara IHSG pada perdagangan kemarin turun 1,29% ke level di bawah 7.000.
Head of Research PT MNC Sekuritas Edwin Sebayang menjelaskan, tren aksi jual IHSG akan berlanjut seiring anjloknya bursa saham Wall Street. Para investor mengantisipasi kenaikan FFR 75 bps, menyusul inflasi AS yang berada di luar dugaan pada Mei mencapai 8,6%.
"Potensi kejatuhan IHSG pada hari ini juga berasal dari berlanjutnya penurunan EIDO sebesar -2.58% serta kembali turunnya harga beberapa komoditas," ujar Edwin dalam risetnya, Selasa (14/6).
Ia mengatakan, batu-bara turun 2,32%, CPO 2,41%, nikel 5,42%, dan timah 4,04% di tengah kembali naiknya yield obligasi AS tenor 10 tahun yang sudah berada di level 3,362%. Sementara yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun sudah berada di level 7,386%.
Edwin merekomendasikan investor untuk membeli saham PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Pakuwon Jati (PWON), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF).
Di sisi lain, Edwin merekomendasikan jual untuk saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk, PT Timah Tbk (TINS), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Astra Agro Lestari (AALI), dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).
Sementara itu, CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya memperkirakan IHSG akan bergerak menguat ditopang kondisi perekonomian yang stabil tercerpin dari laporan keuangan emiten. "Namun, potensi koreksi terhadap harga komoditas akan membayangi dan dapat memberikan pengaruh terhadap pola gerak IHSG," kata William dalam risetnya, dikutip Selasa (14/6).
William merekomendasikan investor untuk memantau saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova juga memperkirakan IHSG berpeluang menguat secara teknikal. Indeks membentuk candle hammer dan ditutup di atas Fibonacci retracement 38,2% dari wave X pada hari Senin (13/6). Ia memperkirakan level resistance IHSG hari ini di 7.052, 7.091, dan 7.131, sedangkan support ada di 6.884, 6,795, dan 6.670.
Support merupakan area harga saham tertentu yang diyakini sebagai titik terendah pada satu waktu. Saat menyentuh support, harga umumnya akan kembali tumbuh karena peningkatan pembelian. Jika harga terus melemah, harga akan terus menurun untuk menemukan titik support baru.
Sedangkan resistance adalah tingkat harga saham tertentu yang dinilai sebagai titik tertinggi. Setelah saham menyentuh level ini, biasanya akan ada aksi jual cukup besar hingga laju pertumbuhan harga tertahan.
Ivan merekomendasikan hold pada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan catatan, selama harga berada di atas 7.250. Ia menyebut, BBCA tetap berpeluang rebound karena masih di atas support kuat di level 7.250. Adapun target kenaikan terdekat ada di level 7.600 untuk melanjutkan fase konsolidasi.
Selain itu, Ivan merekomendasikan untuk hold atau take profit di level 1.540 pada saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). BBTN akan membuka peluang rebound apabila harga masih di atas 1.450. Target rebound terdekat akan berada di level 1.540.
Sementara itu, ia menyarankan investor untuk melakukan hold atau trading buy pada saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di rentang harga 7.850-7.950. Ivan juga merekomendasikan buy on weakness pada saham ANTM di harga 2.020-2.100. speculative buy pada saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) di harga 3.100-3.150.
ADRO diperkirakan masih dalam fase uptrend dan berpeluang mengalami rebound, selama harga tidak turun di bawah support fraktal 3.030.