Periode penguncian saham (lock up) emiten teknologi, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) akan berakhir pada November mendatang. Dengan berakhirnya periode penguncian itu, ada kemungkinan investor besar GoTo seperti Alibaba, BlackRock, Google, Facebook akan menjual sahamnya.
Hal ini dinilai perlu diantisipasi oleh investor seiring fenomena kejatuhan perusahaan teknologi besar di bursa saham Wall Street. Saham-saham seperti Amazon terkoreksi 36%, Tesla jatuh 38% Meta anjlok 45%, Zoom dan Shopify juga anjlok 44% dan 76% sejak awal tahun ini.
“Masa booming dalam beberapa dekade terakhir jelas telah berakhir,” kata para mitra di perusahaan modal ventura Lightspeed Venture, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (29/6).
Dari tren kejatuhan perusahaan teknologi global, bagaimana dengan GoTo? Bila mengacu data BEI, saat ini jumlah pemegang saham publik (free float) GOTO berada di kisaran 3,43%. Namun, pada akhir November mendatang, sejumlah 66,5% saham GoTo diperkirakanakan beredar di pasar.
Di sisi lain, pelaku pasar juga menilai, potensi terjadinya kejatuhan harga saham GOTO itu sudah diantisipasi oleh manajemen seiring telah diperolehnya persetujuan pemegang saham atas rencana penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement maksimal sebanyak 118,43 miliar saham baru Seri A.
"Para pemegang saham menyetujui rencana perusahaan untuk menerbitkan saham baru tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu sebanyak-banyaknya 10% dari modal ditempatkan dan disetor, untuk dilaksanakan dalam satu tahun sejak tanggal persetujuan," ujar Direktur Utama GoTo, Andre Soelistyo dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (29/6).
Sementara itu, Senior Analyst Mirae Asset Sekuritas, M Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, penjualan saham oleh investor besar GoTo sifatnya masih kondisional. Pasalnya, para pelaku investor akan mencermati terkait dinamika aksi korporasi yang akan dilakukan oleh GoTo
"Semuanya bersifat kondisional. Nantinya para pelaku investor akan melihat bagaimana prospek kinerja GoTo ke depannya," kata Nafan, saat dihubungi Katadata.co.id, Rabu (29/6).
Sampai dengan periode kuartal pertama tahun ini, GoTo tercatat membukukan kerugian yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 6,47 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian interim yang tidak diaudit, sampai dengan 31 Maret 2022, kerugian tersebut meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 1,81 triliun.
Perusahaan membukukan pendapatan bersih senilai Rp 1,49 triliun, naik 65,48% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 904,83 miliar. Angka ini diperoleh dari pendapatan bruto perusahaan senilai Rp 5,23 triliun setelah dikurangi biaya promosi kepada pelanggan senilai Rp 3,73 triliun pada kuartal pertama tahun ini.
Sejalan dengan meningkatnya pendapatan, perusahaan merger Gojek dan Tokopedia ini juga mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan menjadi Rp 1,21 triliun dari tahun sebelumnya Rp 693,14 miliar.
Beban penjualan dan pemasaran tercatat naik menjadi Rp 3,30 triliun dari tahun sebelumnya Rp 431,49 miliar. Sedangkan, beban umum dan administrasi naik dari Rp 697,33 miliar menjadi Rp 2,58 triliun.