Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah dan terhempas dari level psikologis 7.000 pada awal perdagangan Senin (10/10) hari ini.
Berdasarkan data RTI, indeks saham dibuka anjlok 0,47% ke level 6.993, bahkan sempat kembali merosot menyentuh level 6.947, level terendah sejak awal Agustus 2022.
Senior Technical Analyst PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, hal ini dipicu kekhawatiran investor pasar modal terkait potensi resesi ekonomi global di masa mendatang.
Menurut dia, investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve akan memukul perekonomian global.
"Risiko perlambatan ekonomi global di depan karena resesi global membayangi. Sementara itu, investor mulai khawatir bahwa kenaikan suku bunga Fed yang sedang berlangsung akan menggelincirkan perekonomian," kata Nafan kepada Katadata.co.id, Senin (10/10).
Nafan memperkirakan IHSG sepanjang hari ini akan bergerak melemah terbatas. Hal itu bergantung pada perkembangan pertemuan komite pasar terbuka The Fed. Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati data-data inflasi, terutama dari AS.
"Para pelaku pasar akan mencermati perkembangan FOMC (Federal Open Market Committee) Meeting Minutes, serta data-data inflasi," ujarnya.
Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya menyebutkan, IHSG ditutup melemah 0,7% pada Jumat (7/10), dipimpin oleh kerugian di perusahaan-perusahaan besar, yaitu BBCA, BBRI, TLKM, ASII, dan GOTO, di tengah jual bersih (net sell) asing besar-besaran mencapai Rp 1,3 triliun.
Indonesia membukukan cadangan devisa yang lebih rendah sebesar US$ 130,8 miliar pada September, dibanding US$ 132,2 miliar pada Agustus, di tengah kebutuhan yang lebih tinggi untuk stabilisasi tupiah serta pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Indeks ekuitas AS ditutup lebih rendah secara signifikan pada akhir pekan lalu, karena investor mencerna laporan pekerjaan 'First Friday;. Pada data ekonomi AS, tingkat pengangguran datang lebih baik dari yang diharapkan pada 3,5% pada September, dibanding ekspektasi konsensus 3,7%, dan 3,7% pada Agustus. Ini lebih lanjut menandakan pasar tenaga kerja yang kuat.