Risiko Resesi Membayangi, 42 Perusahaan Tetap Antre IPO di Bursa

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/ama. Covid-19
42 perusahaan berada dalam pipeline pencatatan saham di BEI sampai dengan 9 Desember 2022.
Penulis: Syahrizal Sidik
14/12/2022, 10.28 WIB

Nyoman melanjutkan, di tahun depan akan ada banyak tantangan yang membayangi, antara lain perlambatan ekonomi global dan terjadinya resesi di sejumlah negara.  Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 tetap tumbuh di kisaran 4,5%- 5,3%.

Pertumbuhan ekonomi pada 2023 diperkirakan tetap tinggi didorong oleh permintaan domestik serta kinerja ekspor yang tetap positif di tengah risiko lebih dalamnya perlambatan perekonomian global. Nyoman berkeyakinan,  rintangan itu tidak menjadi penghalang bagi para pelaku usaha untuk tumbuh mengembangkan bisnis. 

"Prinsip kehati-hatian dan kewaspadaan tetap dilakukan untuk mengantisipasi kondisi yang ada," katanya Nyoman kepada wartawan, Senin (12/12).

Memang, lanjut Nyoman, bila melihat secara historis, penggalangan dana melalui pasar modal mengalami penurunan saat terjadinya krisis. Misalnya, pada 1998, jumlah perusahaan tercatat turun 80% dari tahun sebelumnya sebanyak 30 perusahaan menjadi hanya 6 perusahaan saja.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia ketika itu minus 13,13%. Hal tersebut merupakan imbas dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia," katanya.

Kemudian, saat terjadi krisis subprime mortgage di tahun 2008, pasar modal mengalami tekanan yang berat. Krisis subprime mortgage merupakan krisis perekonomian yang terjadi di Amerika Serikat (AS) jadi pemicu kebangkrutan Lehman Brothers.

Walaupun Indeks Harga Gabungan Saham (IHSG) juga terdampak, namun pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2008 masih relatif baik yaitu sekitar 6%. Bahkan, jumlah perusahaan yang menerbitkan saham mencapai 18 perusahaan dengan total dana yang berhasil dihimpun sekitar Rp 24 triliun.

"Tahun 2009 mulai terimbas menjadi 13 perusahaan atau turun 28%, namun pada tahun-tahun berikutnya mulai meningkat kembali," katanya.

Sebelumnya, BEI menargetkan pencatatan 70 efek baru di tahun 2023. Pencatatan tersebut sudah termasuk pencatatan efek saham, obligasi korporasi baru, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE), dan Efek Beragun Aset (EBA).

Target tersebut dikemukakan manajemen BEI dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2023 dan telah disetujui oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Rabu (26/10). BEI juga menargetkan, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) bursa pada tahun 2023 akan mencapai Rp 14,75 triliun.

Halaman:
Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail