Wall Street Melemah 4 Hari Beruntun, Saham Teknologi Jatuh

xPACIFICA/Getty Image
Suasana bursa Wall Street
Penulis: Syahrizal Sidik
20/12/2022, 07.29 WIB

Bursa saham utama di Amerika Serikat, Wall Street kembali melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (19/12). Investor khawatir, kebijakan moneter ketat The Federal Reserve akan mendorong ekonomi AS ke dalam resesi.

Tiga indeks saham utama AS telah berada di bawah tekanan sejak Rabu, ketika Ketua Fed Jerome Powell mengambil langkah hawkish sementara bank sentral menaikkan suku bunga. Powell bahkan menjanjikan kenaikan suku bunga lebih lanjut ketika data menunjukkan tanda-tanda melemahnya ekonomi.

Kemarin, indeks Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 162,92 poin, atau 0,49%, menjadi 32.757,54, S&P 500 (.SPX) kehilangan 34,7 poin, atau 0,90%, menjadi 3.817,66 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 159,38 poin, atau 1,49%, menjadi 10.546,03.

Penurunan terbesar di antara sektor industri indeks S&P adalah layanan komunikasi yang turun 2,2%, kebijakan konsumen turun 1,7% dan teknologi yang turun 1,4%. Hanya sektor energi yang mengalami kenaikan.

Beberapa saham unggulan seperti Apple, Microsoft Corp dan Amazon.com menciptakan beberapa hambatan terbesar di pasar. Saham Tesla Inc ditutup turun 0,24%, pelemahan itu terjadi setelah jajak pendapat Twitter yang menunjukkan mayoritas responden menginginkan CEO Tesla Elon Musk mundur sebagai CEO platform media sosial tersebut.

Sedangkan, saham Meta Platforms berakhir turun 4,1% setelah Komisi Eropa mengatakan dapat mengenakan denda hingga 10% dari omset global tahunan konglomerat teknologi jika bukti menunjukkan pelanggaran undang-undang antimonopoli UE.

Reuters menuliskan, S&P 500 (.SPX), industri Dow Jones (.DJI) dan Nasdaq telah melakukan aksi jual tajam untuk bulan Desember dan berada di jalur penurunan tahunan terbesar sejak krisis keuangan tahun 2008.

Sementara imbal hasil Treasury AS naik, investor keluar dari aset saham dan mengamati prospek yang lebih aman karena mereka khawatir tentang kemungkinan resesi pada tahun 2023.

"Investor bertanya mengapa saya ingin mengambil risiko itu memasuki tahun 2023 dengan sikap Fed yang masih agresif ketika saya bisa mendapatkan hasil yang bagus di pasar pendapatan tetap," kata Brian Overby, ahli strategi pasar senior di Ally.

Kurangnya laporan pendapatan besar atau data ekonomi pada hari Senin kemungkinan mempertajam fokus investor pada ketakutan ekonomi dan suku bunga, menurut Melissa Brown, Global Head of Applied Research di Qontigo di New York.

"Ini adalah ujung pisau antara apakah kita akan terhuyung-huyung ke dalam resesi atau melakukan soft landing. Apakah The Fed bertindak tepat?" kata Brown yang juga mencatat bahwa langkah tersebut mungkin dilebih-lebihkan karena banyak investor berlibur sekitar liburan akhir tahun.

Reporter: Syahrizal Sidik