Bursa Efek Indonesia (BEI) memproyeksikan kapitalisasi pasar di akhir tahun ini akan tembus lebih dari Rp 10 ribu triliun. Saat ini, kapitalisasi pasar sekitar Rp 9.300 triliun sampai Rp 9.500 triliun.
"Kami yakin dengan kondisi market seperti ini, tidak ada perubahan yang signifikan. Mungkin kapitalisasi pasar bisa di atas Rp 10 ribu triliun," kata Kepala Divisi Riset BEI Verdi Ikhwan, Rabu (21/12).
Verdi mengatakan, kenaikan kapitalisasi pasar dipicu oleh dua hal. Yaitu, kenaikan harga dan bertambahnya emiten baru yang melantai di BEI. Selain itu, dia menyebut faktor turun naiknya IHSG berasal dari keuangan dan kinerja dari emiten.
Selain itu, BEI optimis untuk menghadapi tantangan di 2023 mendatang. Verdi menilai ekonomi Indonesia masih kuat walaupun ada penurunan. Selain itu performa ekspor dan impor, manufaktur yang ikut berkembang, serta masa Pemilu akan menjadi katalis positif.
"Selama masa Pemilu, indeks tidak bertumbuh cukup kencang, begitu juga dari aktifitas transaksi," katanya.
BEI memaparkan ada tantangan dari imbasnya perang Rusia dan Ukraina. Di mana, hal itu akan memicu krisis ekonomi global yang berdampak pada kenaikan harga komoditas. Hal ini akan membuat rantai pasok akan terganggu, serta membuat bank sentral di dunia harus menaikkan tingkat suku bunga.
Walaupun tantangan di 2023 masih akan membayangi Indonesia, namum BEI optimis IHSG dalam tren naik. Selain itu, diharapkan perusahaan tercatat dan investor makin meningkat jumlahnya di tahun depan.
Secara terpisah, Mandiri Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dapat mencapai level psikologis 7.510 di 2023. Pencapaian itu kendati ada sejumlah tantangan baik dari domestik maupun global.
Head Equity Research, Strategy, Consumer Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan, di tahun depan pergerakan IHSG akan dipengaruhi oleh normalisasi pertumbuhan laba bersih, khususnya di sektor komoditas. Lonjakan harga komoditas yang sebelumnya berimbas signifikan pada perolehan laba di sektor ini, diperkirakan mulai kembali normal pada tahun depan.
"Dari sisi kapitalisasi pasar, kontribusi sektor komoditas sekitar 7%. Akibatnya akan ada penurunan harga komoditas, tapi tidak berdampak signifikan terhadap indeks," katanya dalam acara outlook ekonomi global dan Indonesia kuartal IV 2022, Selasa (21/12).