Kenaikan harga minyak dunia mendekati level US$ 100 per barel tak mampu memberikan sentimen positif bagi pergerakan saham-saham emiten sektor minyak dan gas (migas). Mayoritas saham di sektor ini justru ditutup melemah seiring pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (18/9), harga saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melemah 1,53% ke level Rp 1.603 per saham. Pada sesi perdagangan pertama, harga saham MEDC sempat menyentuh level Rp 1.705 per saham.
Emiten migas lainnya, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) justru turun lebih dalam hingga 2,8% ke level Rp 278 per saham. Sementara itu, harga saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) turun 1,57% ke level Rp 940. Pada sesi pertama, harga saham RAJA sempat menyentuh Rp 970 per saham tetapi kenaikan itu tidak bertahan lama.
Harga saham emiten kontraktor jasa migas, PT Elnusa Tbk (ELSA) ditutup turun 0,47% ke level Rp 428 per saham. Hanya saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) yang menghijau dengan kenaikan 1,97% ke level Rp 310 per saham. Namun, penguatan harga saham APEX tidak semata-mata lantaran harga minyak.
Investor membeli saham APEX setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka kembali perdagangan saham kontraktor migas itu. Pada 14 September lalu, BEI menghentikan sementara (suspend) perdagangan saham APEX karena terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan. Penghentian sementara perdagangan saham APEX bertujuan untuk cooling down.
Pada perdagangan saham 5 September hingga 13 September lalu, harga saham APEX sudah melejit 89,67%. Kemudian, pada 15 September harga saham APEX kembali naik 3,4% ke level Rp 304. Direktur Apexindo Mahar Atanta Sembiring mengatakan perusahaan akan menyelenggarakan paparan publik (public expose) insidental di BEI pada 19 September untuk memberikan keterbukaan informasi mengenai bisnis perusahaan.
APEX merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengeboran lepas pantai (offshore) dan pengeboran darat untuk industri migas, panas bumi, dan coal bed methane (CBM). Perusahaan memiliki kontrak kerja sama jangka panjang dengan sejumlah perusahaan migas multinasional, seperti VICO Indonesia dan Total E&P Indonesie.