Saham-saham emiten sawit terperosok seiring dengan harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil atau CPO yang jatuh. Dampak El Nino menjadi salah satu penyebab terjerembabnya harga CPO.
El Nino merupakan fenomena cuaca yang bisa mengurangi curah hujan serta memicu kekeringan di sebagian belahan dunia. Bahkan, International Monetary Fund (IMF), El Nino juga rawan menggerus pertumbuhan ekonomi sejumlah negara. Kondisi cuaca ekstrem tersebut bisa membatasi pasokan komoditas pertanian yang bergantung pada air hujan.
Mengutip data harga acuan CPO di pasar global pada awal pekan ini, Senin (2/10) terkoreksi sebesar 1,49% menjadi RM 3.707 per ton. Sedangkan, bila dilihat dalam sebulan terakhir, komoditas minyak sawit mentah ini turun 1,70%.
Di Bursa Efek Indonesia, pelemahan terdalam terjadi di saham PT Triputra Agro Persada Tbk (AGRO) dengan koreksi 1,74%, disusul dengan kejatuhan saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang turun 0,99%.
Di sisi lain, Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebelumnya memprediksi kinerja keuangan emiten CPO akan mendapatkan dukungan dari naiknya harga minyak sawit. Research Analyst Mirae Asset, Rizkia Darmawan mengatakan proyeksi terbaru menunjukkan dampak El Nino diperkirakan akan berdampak negatif pada operasional perkebunan kelapa sawit.
Darmawan juga menekankan, penurunan produksi ini berpotensi mendorong kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) di pasar global. “Fenomena El Nino memengaruhi permintaan minyak nabati dunia, salah satunya CPO karena produksinya atau suplainya turun di tingkat global dan kemudian mendongkrak harga komoditas tersebut di pasaran,” ujar Darma di acara Mirae Asset Media Day, baru-baru ini.
Berikut rincian harga saham emiten CPO :
1. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
Berdasarkan data perdagangan sampai dengan pukul 15.07 WIB, harga saham AALI anjlok 0,67% ke level Rp 7.450 dari level harga penutupan Jumat (29/9) yakni Rp 7.500 per saham. Saham AALI sempat menguat pada awal perdagangan dengan menyentuh Rp 7.525 per saham sebagai level tertinggi.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 618,6 ribu dengan nilai transaksi Rp 4,63 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 681 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 14,39 triliun. Sejak awal tahun, saham sawit milik Grup Astra ini terkoreksi 6,54%.
2. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)
Harga saham LSIP merosot 0,99% ke level Rp 1.005 dari level harga penutupan Jumat (29/9), Rp 1.015 per saham. Saham perusahaan dibuka mendatar dan setelah itu tergerus dengan level terendahnya 1.000 per saham.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 4,52 juta dengan nilai transaksi Rp 4,55 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 839 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 6,89 triliun. Saham emiten sawit yang terafiliasi dengan Grup Salim ini merosot 0,49%.
3. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG)
Saham TAPG terperosok 1,74% ke level Rp 565 dari level harga penutupan Jumat (29/9), Rp 575 per saham. Saham Triputra Agro Persada sempat bergerak datar sebelum harganya merosot sampai level terendah Rp 560 per saham.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 9,96 juta dengan nilai transaksi Rp 5,63 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 2.819 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 11,22 triliun. Saham emiten sawit Grup Triputra ini melemah 10,24%.
4. PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (SMAR)
Saham SMAR terkoreksi 0,23% ke level Rp 4.370 dari level harga penutupan Jumat (29/9), Rp 4.380 per saham. Saham SMAR sempat naik dengan level tertingginya di Rp 4.390 per saham. Namun penguatan sahamnya tidak berlangsung lama dan merosot dengan level terendah di Rp 4.370 per saham.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 7,90 ribu dengan nilai transaksi Rp 34,53 juta. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 27 kali dan kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 12,55 triliun. Bila dilihat sejak awal tahun, saham emiten sawit Grup Sinar Mas turun 11,72%.