Bursa saham Amerika Wall Street bergerak variatif pada perdagangan Selasa (2/1). S&P 500 dan Nasdaq Composite anjlok, sedangkan Dow Jones Industrial Average menguat.
Dow Jones Industrial Average menguat 0,07% menjadi 37.715,04. Hal ini karena saham-saham defensif seperti Johnson & Johnson dan Merck naik.
Sementara itu, S&P 500 turun 0,57% menjadi 4.742,83, karena imbal hasil obligasi hanya naik tipis. Hal ini menyebabkan investor mengambil untung setelah kinerja positif pada 2023.
Padahal sebelumnya, bursa Amerika Wall Street menutup 2023 dengan performa cemerlang. S&P 500 melesat selama sembilan minggu berturut-turut hingga akhir tahun.
Indeks S&P 500 bahkan beberapa kali menguat secara mingguan terpanjang sejak 2004.
Nasdaq Composite juga merosot 1,63% ke level terburuk sejak Oktober. Harga saham Microsoft dan Nvidia melorot.
Harga saham Apple anjlok lebih dari 3% setelah Barclays menurunkan peringkat perusahaan ini dari kelompok pemimpin pasar ‘Magnificent Seven’ ke underweight. Barclays mengindikasikan bahwa harga saham Apple mungkin akan merosot sekitar 17% tahun ini karena prospek penjualan iPhone menurun.
Padahal pada 2023, saham di sektor teknologi, terutama portofolio besar, menjadi pendorong utama kenaikan Wall Street. Harga saham Apple melonjak 48%, Microsoft hampir 57%, dan Nvidia 239%.
Nasdaq Composite pun naik 43,4% tahun lalu atau tertinggi sejak 2020.
Menurut CEO Infrastructure Capital Management Jay Hatfield, pembalikan tren seperti yang terjadi pada hari pertama perdagangan 2024 merupakan hal yang umum terjadi.
“Pemicunya yakni penurunan peringkat Apple,” kata Hatfield dikutip CNBC Internasional, Rabu (3/1).
Hatfield optimistis prospek ekuitas pada 2024 positif. Ia memproyeksikan bahwa saham-saham akan rebound setelah musim laporan keuangan kembali dimulai.