Indeks bursa Amerika Serikat (AS) mayoritas ditutup menguat pada perdagangan hari Rabu (4/4). Namun demikian, Wall Street masih dibayangi ekspektasi penurunan suku bunga acuan yang akan dilakukan Bank Sentral AS Federal Reserves
Dow Jones, yang terdiri dari 30 saham, turun 43,10 poin atau 0,11%, dan ditutup pada 39.127,14. Hal itu karena saham-saham berusaha mengatasi kelesuan di kuartal kedua hingga menandai hari ketiga berturut-turut dengan kinerja negatif.
Sementara S&P 500 terapresiasi sebesar 0,11%, berakhir di 5.211,49, meraih kemenangan dalam sesi perdagangan pertama minggu ini. Nasdaq Composite naik 0,23%, berakhir di 16.277,46.
Penurunan Dow dipicu oleh merosotnya saham intel lebih dari 8% usai melaporkan kerugian operasional di bisnis manufaktur semikonduktor. Saham kecerdasan buatan (AI), Nvidia, juga bergerak turun meskipun terpantau naik sepanjang hari Rabu hingga membatasi pertumbuhan pasar.
Meskipun demikian, beberapa saham teknologi besar memberikan dukungan, dengan Netflix naik 2,6% dan Meta Platforms tumbuh sekitar 1,9%.
Tertekan Ekspektasi Penurunan Suku Bunga
Di samping itu, ekspektasi penurunan suku bunga terus memberikan tekanan pada pasar saham. Data ADP yang dirilis pada Rabu (3/4), menunjukkan pertumbuhan gaji swasta Maret yang melampaui perkiraan mengindikasikan tentang kekuatan dalam ekonomi.
Hal ini membuat investor semakin khawatir tentang kemungkinan penurunan suku bunga dari Federal Reserve. Para pejabat Federal Reserve juga mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga mungkin terjadi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, menyatakan bahwa ia hanya memperkirakan satu penurunan suku bunga tahun ini, yang mungkin terjadi pada kuartal keempat.
Sementara Ketua Fed, Jerome Powell, dalam pernyataanya menyebut bank sentral akan memerlukan lebih banyak bukti terkait turunnya angka inflasi sebelum mereka memutuskan untuk menurunkan suku bunga.
Suku bunga obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun mencapai level tertinggi sejak November, sementara harga minyak melonjak ke level tertinggi sejak bulan Oktober. Meskipun awal kuartal ini tidak berjalan mulus, beberapa pengamat pasar tetap optimis secara keseluruhan.
Mereka mengatakan bahwa saham mungkin akan mengalami periode konsolidasi. Kuartal pertama, yang berakhir minggu lalu, merupakan kuartal terbaik bagi S&P 500 sejak tahun 2019.
Seiring dengan hal itu, Kepala Investasi di BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma menyatakan bahwa kenaikan pasar saham yang terus menerus selama lima bulan terakhir adalah kejadian yang jarang terjadi, bahkan bukanlah sesuatu yang biasa. Ia juga mengakui adanya kemungkinan bahwa cerita "goldilocks" terkait pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inflasi yang rendah bisa muncul kembali dalam beberapa bulan mendatang.
"Namun, ada kemungkinan juga bahwa pasar yang lebih bergejolak akan membutuhkan waktu untuk mencerna kenaikan baru-baru ini dan memungkinkan fundamental untuk mengejar valuasi,” kata Ma dikutip CNBC, Kamis (4/4).