Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mengirimkan surat kepada Morgan Stanley Capital International (MSCI) untuk meminta penjelasan terkait rencana penghitungan ulang porsi saham publik atau free float di pasar saham Indonesia.

Dalam pengumuman terbarunya pekan lalu, MSCI menyampaikan kemungkinan menggunakan data Monthly Holding Composition yang diterbitkan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai acuan dalam menghitung free float di bursa Tanah Air.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan, pihaknya saat ini tengah menelusuri rencana kebijakan tersebut lantaran hanya diberlakukan untuk pasar saham Indonesia. BEI berencana mengirim surat resmi kepada MSCI dalam pekan ini untuk meminta klarifikasi atas sejumlah hal.

Pertama, mengapa aturan tersebut hanya berlaku untuk Indonesia. Kedua, penjelasan definisi free float yang dimaksud, serta data-data yang dimiliki. 

“Kan dia bilang corporate and others ya. Corporate and others itu sebenarnya cover-nya investor jenis seperti apa. Dan berapa banyak free float di masing-masing itu,” kata Irvan usai peresmian tiga indeks baru menggandeng S&P Dow Jones Indices (S&P DJI) di Main Hall Bursa, Senin (3/11). 

Menurut dia, BEI ingin mengetahui lebih lanjut terkait istilah corporate and others yang digunakan MSCI dalam pengumuman terbaru tersebut. Ia juga akan mencari tahu tipe investor yang masuk dalam kategori tersebut serta seberapa besar porsi free float yang dimiliki masing-masing.

“Dari hasil review sementara kami, justru investor yang masuk kategori corporate memiliki jumlah saham free float lebih besar dibandingkan dengan yang non-free float. Sementara untuk kategori others, hampir semuanya sebenarnya merupakan saham free float,” kata dia.

BEI juga akan menjelaskan secara rinci kepada MSCI mengenai aturan dan praktik penghitungan free float di pasar modal Indonesia, termasuk kondisi terkini kepemilikan saham publik di bursa. Perihal rencana mengirimkan surat ke MSCI, Irvan menyatakan pihaknya telah berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai hal itu. 

Proses komunikasi dengan MSCI akan diawali dengan pengiriman surat resmi pekan ini atau awal pekan depan. Setelah surat dikirim, pertemuan dengan MSCI akan dijadwalkan sesuai kesiapan kedua pihak. Sejumlah emiten dan asosiasi pasar modal diketahui juga menyiapkan langkah serupa untuk menyampaikan pandangan mereka terkait kebijakan baru tersebut.

“Saya juga dengar, beberapa emiten dan asosiasi pasar modal lainnya berencana mengirim surat serupa ke MSCI,” ujar Irvan.

MSCI  sebelumnya menjajaki masukan dari para pelaku pasar terkait rencana pemanfaatan Monthly Holding Composition Report yang diterbitkan oleh KSEI. Mereka tengah mempertimbangkan untuk menggunakannya sebagai referensi tambahan dalam perhitungan free float saham emiten Indonesia.

Free float adalah porsi saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat, tidak termasuk saham yang dikuasai oleh pemegang saham pengendali, pemegang saham mayoritas, komisaris, direksi maupun karyawan perusahaan.

Mengutip informasi dari Stockbit Sekuritas, MSCI dalam pengumumannya menyampaikan bahwa selain mempertimbangkan penggunaan laporan KSEI sebagai referensi tambahan, lembaga tersebut juga mengusulkan perubahan metodologi dalam penentuan estimasi free float saham Indonesia.

MSCI mengusulkan agar estimasi free float ditetapkan berdasarkan nilai terendah antara dua perhitungan berikut:

1. Free float yang dihitung menggunakan data kepemilikan yang dilaporkan oleh emiten dalam keterbukaan informasi, laporan, maupun siaran pers, sesuai metodologi MSCI.

2. Free float yang diestimasi menggunakan data KSEI, dengan mengklasifikasikan saham script (yang tidak tercatat di data KSEI) serta kepemilikan korporasi (lokal dan asing) dan kategori others (lokal dan asing) sebagai non–free float.

Sebagai alternatif, MSCI juga mempertimbangkan pendekatan lain, yakni menghitung estimasi free float berdasarkan data KSEI dengan mengklasifikasikan saham script dan kepemilikan korporasi sebagai nonfree float, tetapi tanpa memasukkan kategori others dalam perhitungan tersebut

Imbas kebijakan tersebut, pasar saham Indonesia sempat mengalami guncangan sehingga anjlok hampir 3%. Hampir seluruh saham-saham konglomerat rontok usai pengumuman tersebut disampaikan MSCI.

Menurut Head of Research Korea Investment and Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi, pasar bereaksi cepat dengan menghtiung risiko mengenai potensi pengurangan bobot saham-saham konglomerat.

"Soal MSCI ini lumayan bikin schock market," kata Wafi kepada Katadata, Selasa (28/10).

Wafi menjelaskan, bertumbangannya saham-saham terafiliasi konglomerat setelah pengumuman ini muncul disebabkan sebagian kepemilikan saham tersebut dilakukan oleh pihak ketiga atau nominee. Cara ini dilakukan atas nama pihak lain dan sering digunakan investor asing atau lokal besar untuk alasan administratif.

Akibatnya, sistem pencatatan MSCI bisa menganggap porsi kepemilikan saham lokal itu tidak memenuhi kriteria foreign investable (bisa diakses investor asing), sehingga bobotnya dalam indeks bisa dikurangi.

“Paling kerasa ke saham kayak BREN, TPIA, BYAN, DCII, BRPT dan sebagian saham Prajogo,” jelas Wafi.

Menurut Wafi, efek rencana MSCI terhadap pasar saham saat ini memang cenderung negatif. Pasar khawatir akan terjadi outflow atau keluarnya dana asing ketika proses rebalancing indeks dilakukan nanti.


Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Karunia Putri