Penyaluran kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM diperkirakan masih akan menjadi andalan perbankan pada tahun depan di tengah permintaan kredit korporasi yang masih seret. Sejumlah bank optimistis kredit segmen ini akan tumbuh dua digit.
Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja memperkirakan permintaan kredit korporasi pada tahun depan masih akan lemah. Namun, kredit UKM diperkirakan masih akan kuat tahun depan.
"Tahun depan kami perkirakan kredit UMKM akan tumbuh dua digit seperti tahun ini," ujari Parwati dalam Coffe Morning Talk di Jakarta, Jumat (6/12).
Parwati memperkirakan, pertumbuhan kredit perseroan secara keseluruhan pada tahun depan berada di antara proyeksi BI sebesar 8% hingga 10%. Adapun hingga September 2019, OCBC NISP menyalurkan kredit sebesar 120 triliun atau stagnan dibanding periode yang sama tahun lalu.
(Baca: Kementerian BUMN: Calon Dirut Mandiri dari Internal Perusahaan)
Saat ini, menurut dia, porsi penyaluran kredit UKM mencapai 57%, sedangkan korporasi sebesar 37% dan konsumsi sebesar 11%. Tahun depan, porsi UKM diperkirakan dapat tembus di atas 60%.
"Tahun ini sebenarnya porsi kredit UKM meningkat karena korporasi turun dan konsumer juga masih lemah," kata dia.
PT Bank Mandiri Tbk juga menargetkan pertumbuhan pada segmen kredit UMKM mencapai dua digit pada tahun depan. Kredit bank BUMN ini secara keseluruhan diperkirakan bakal berada di kisaran 11% pada tahun depan.
Selain prospek yang diharapkan lebih baik, BUMN ini juga mengembangkan platform yang mempermudah pencairan kredit UMKM.
"Karena di UMKM itu pricing bukan yang paling menentukan, tapi kecepatan proses yang menentukan," kata Direktur Retail Banking Bank Mandiri Donsuwan Simatupang.
(Baca: Rasio Pembiayaan Macet Tinggi, Bank Muamalat Sebut Hanya 4,6%)
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk atau BCA Jahja Setiatmadja memasang target pertumbuhan kredit yang konservatif pada tahun depan sebesar 7,7% hingga 8%. Kredit komersial dan UKM akan mengambil porsi mencapai 30% total kredit.
"Sekitar 30% hingga 35% untuk korporasi, 30% untuk komersial dan UKM, dan sekitar 15-20% untuk konsumer," ujar Jahja.
Kendati mematok target yang tak terlalu tinggi, Jahja mengaku siap menyalurkan kredit lebih besar jika kondisi perekonomian mendukung. "Kalau korporasi atau UKM berkembang, kami siap menggelotorkan dana dan cabang-cabang kami bisa melaksanakan itu," kata dia.
Berdasarkan data uang beredar BI, penyaluran kredit UMKM hingga Oktober 2019 tumbuh 9,5% atau melambat dibanding bulan sebelumnya sebesar 12,3%. Adapun kredit usaha mikro tumbuh 11,2%, usaha kecil 11,1%, dan usaha menengah sebesar 7,4%.