PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) masih mencari fokus bisnis yang bakal digeluti oleh PT Bank Royal ke depannya. Realisasi akusisi bank tersebut masih harus mendapatkan izin dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja belum mau komentar mengenai opsi-opsi segmen bisnis yang bakal digeluti oleh Bank Royal setelah mereka akusisi. "Kami akan mencari satu fokus yang cocok, yang bisa menambahkan nilai untuk BCA. Karena kami pilih bukan bank publik, sengaja," kata Jahja ketika ditemui di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (25/4).
Jahja menjelaskan bahwa sebenarnya rencana akuisisi ini sudah dimasukkan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) sejak lama. Dalam RBB tersebut, BCA berencana menjadi bank yang akan diakusisi untuk menjadi bank yang fokus pada digitalisasi.
Namun, seiring dengan proses akuisisi yang memakan waktu, namun kemajuan teknologi juga terus berkembang, BCA mengembangkan teknologi sendiri tidak melalui anak usahanya. "Paralel dengan menunggu akusisi digital bank, kami melakukan tes yang dilakukan di dalam BCA sendiri. Nah, ternyata hasilnya sangat baik," kata Jahja.
(Baca: Luncurkan Fitur Baru, BCA Target Rekening Baru Naik Dua Kali Lipat)
Karena keberhasilan memajukan digital banking ini, BCA akhirnya mengurungkan niat untuk mentransformasi anak usaha barunya nanti menjadi bank yang fokus pada digital. Meski begitu, Jahja menegaskan, teknologi tetap bisa diterapkan pada Bank Royal meski digitalisasi pada BCA sudah terbilang berhasil.
"Ada satu fokus bisnis yang didukung digitalisasi kan bisa saja. Karena kalau fokus itu kami lihat dari segi bisnisnya, fokusnya ke bidang startegi bisnisnya apa," kata Jahja.
Akuisisi Bank Royal BCA Siapkan Rp 1 Triliun
Jahja mengatakan, minat akusisi Bank Royal memang sudah disampaikan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 22 April lalu. Hal itu dilakukan sebagai pemenuhan ketentuan dari pasar modal karena BCA merupakan bank terbuka sehingga harus mengumumkan rencana akusisi.
Sementara, detail rencana lainnya belum bisa disampaikan karena perlu beberapa tahapan, hingga akhirnya terealisasi rencana tersebut, salah satunya meminta persetujuan dari RUPSLB dan mendapatkan restu dari pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sehingga, Jahja menilai jalan untuk merealisasi akuisisi tersebut masih panjang. "Kalau mau akad nikah kan tidak cepat-cepat, harus ada proses dulu," katanya.
(Baca: BCA Bagikan Dividen, Totalnya Rp 8,39 Triliun)
BCA telah menyiapkan dana maksimal Rp 1 triliun untuk mengakuisisi Bank Royal. Sekretaris Perusahaan BCA Jan Hendra mengatakan, perseroan dan anak usahanya PT BCA Finance telah menandatangani perjanjian jual-beli saham bersyarat dengan pemegang saham Bank Royal pada 16 April 2019.
BCA dan BCA Finance akan membeli 2.872.000 saham atau 100% saham Bank Royal dari PT Royalindo Investa Wijaya, Leslie Soemedi, Ibrahim Soemedi, Herman Soemedi, Nevin Soemedi, dan Ko Sugiarto. Penyelesaian rencana transaksi akan tunduk pada persyaratan pendahuluan yang telah disepakati dalam perjanjian.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi per 31 Desember 2018, Bank Royal memiliki aset Rp 968,46 miliar, naik 6,78% dibandingkan dengan periode yang sama 2017. Penyaluran kreditnya turun 1,32% menjadi Rp 566,93 miliar. Adapun dana pihak ketiga perseroan mencapai Rp 618,08 miliar, naik tipis 1,7% dibandingkan posisi akhir 2017.
Bank berstatus bank umum kegiatan usaha (BUKU) I ini mencatat pendapatan bunga bersih Rp 36,6 miliar, meningkat 8,8% dari 2017 sebesar Rp 33,62 miliar. Rasio kredit bermasalah (NPL) netonya berada pada angka 1,38%, turun 93 basis poin dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Adapun laba bersih perseroan sebesar Rp 4,88 miliar, membaik dibandingkan dengan 2017 yang rugi sebesar Rp 17,93 miliar.
(Baca: BCA Siapkan Dana Rp 1 Triliun untuk Akuisisi Bank Royal)