BRI Raih Laba Bersih Rp 8,2 Triliun pada Kuartal I 2019

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia Suprajarto (kedua kanan) bersama Direktur Keuangan Haru Koesmahargyo (kanan), Direktur Konsumer Handayani (tengah), Direktur Kepatuhan Achmad Solichin Lutfiyanto (kedua kiri) dan Direktur Mikro dan Kecil Priyastomo (kiri) foto bersama sebelum menyampaikan keterangan terkait Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) di Jakarta, Kamis (3/1/2019). RUPSLB tersebut menyetujui perubahan pengurus perseroan diantaranya pemberhentian Kuswiyoto sebaga
Penulis: Ihya Ulum Aldin
24/4/2019, 20.47 WIB

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 8,20 triliun pada kuartal I 2019. Dengan capaian tersebut, laba bersih BRI meningkat 10,42% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 7,42 triliun.

Direktur Utama BRI Suprajarto menjelaskan, perolehan laba bersih ditopang oleh penyaluran kredit yang tumbuh hingga dua digit. Per Maret 2019, penyaluran kredit BRI tercatat sebesar Rp 855,47 triliun atau tumbuh 12,91% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 757,68 triliun.

"Kredit mikro tumbuh 13,17% yoy, kredit konsumer tumbuh 9,63% yoy, kredit ritel dan menengah tumbuh 13,47% yoy serta kredit korporasi tumbuh 14,15% yoy," papar Suprajarto dalam konfrensi pers terkait kinerja kuartal I 2019 BRI di kantornya, Jakarta, Rabu (24/4).

Ada pun, kredit mikro masih menjadi porsi terbesar penyaluran kredit BRI dengan porsi mencapai 33,21% dari total penyaluran kredit. Angka ini naik dibandingkan dengan posisi Maret tahun lalu yang sebesar 33,13%.

(Baca: BRI Proyeksi Kredit Kuartal I 2019 Tumbuh 12%-14%)

Khusus untuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang 2019, BRI mendapatkan alokasi dari pemerintah sebesar Rp 86,97 triliun. Ada pun, hingga akhir Maret 2019, BRI telah menyalurkan KUR sebesar Rp 25,32 triliun kepada lebih dari 1,2 juta debitur atau setara 29,11% dari total target penyaluran KUR yang telah ditetapkan pemerintah.

BRI juga berhasil menjaga kualitas kredit sehingga menopang perolehan laba bersihnya. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) per Maret 2019 berada pada level 2,41% atau lebih rendah dibandingkan NPL per Maret 2018 di level 2,46%. BRI juga meningkatkan NPL coverage-nya dari 174,81% menjadi 182,86%.

"Hal ini membuktikan, dengan akselerasi penyaluran pinjaman yang telah dilakukan, kami tetap mampu menjaganya agar tetap prudent," kata Suprajarto.

Faktor lain yang turut menopang perolehan laba BRI yakni perolehan pendapatan berbasis komisi alias fee based income. Besaran fee based income BRI pada akhir Maret 2019 tercatat Rp 3,14 triliun atau melonjak 16,49% secara tahunan dibandingkan posisi akhir Maret 2018 sebesar Rp 2,69 triliun.

(Baca: BRI Akan Terbitkan Obligasi Rp 6 Triliun pada Semester II-2019)

Pertumbuhan kredit BRI ditopang oleh penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang juga tumbuh dua digit pada tiga bulan pertama 2019. DPK BRI tercatat tumbuh 13,18% yoy, menjadi Rp 936,03 triliun dari Rp 827,06 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Suprajarto menjelaskan, komposisi dana murah menjadi penopang utama pertumbuhan DPK BRI, Dana murah (current account saving account/CASA) BRI tercatat tumbuh 14,01% secara tahunan, sehingga saat ini komposisi CASA BRI menjadi 56,28% dari total DPK.

Untuk rasio keuangan lainnya, tercatat rasio likuiditas mereka masih berada pada zona aman dengan rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) hingga akhir Maret 2019 berada pada level 91,39%. Ada pun, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) ada pada level 21,91%.

"Dengan rasio yang cukup kuat tersebut, kami optimistis mampu tumbuh positif dan berkelanjutan hingga mampu mencapai target-target yang telah ditetapkan hingga akhir tahun," kata Suprajarto.

(Baca: BRI Manfaatkan Big Data untuk Cegah Fraud hingga Rilis Fintech)

Reporter: Ihya Ulum Aldin