Secara industri, Nelson merinci, NPL gross perbankan pada Januari 2017 sebesar 3,09 persen atau naik 0,16 persen dibanding bulan sebelumnya (month to month/mtm). Sedangkan kredit dengan kolektibilitas lancar menurun 2,67 persen menjadi Rp 3.943,5 triliun per Januari 2017. (Baca juga: Tertekan Kredit Bermasalah, Laba Bank-Bank Besar Anjlok)

Sementara itu, kredit dalam perhatian khusus meningkat 19,54 persen (mtm) menjadi Rp 236,2 triliun. Kemudian, kredit yang kurang lancar naik 3,85 persen (mtm) menjadi Rp 28,2 triliun dan yang diragukan meningkat 12,89 persen menjadi Rp 17,9 triliun. Adapun, kredit yang tercatat macet naik 4,04 persen (mtm) menjadi Rp 133 triliun.

Meski NPL terpantau kembali menanjak, ia menuturkan, restrukturisasi kredit yang dilakukan bank sebelumnya telah mampu menekan NPL dari sebesar 4,82 persen menjadi 3,09 persen. “Sektor pertambangan dan penggalian, juga industri pengolahan menjadi fokus restrukturisasi kredit bank. (Namun) Bank masih memproyeksikan kedua sektor ini akan membaik,” ujar Nelson.

(Baca juga: Bank BUMN Hapus Buku Kredit Macet Rp 24,8 Triliun, Melejit 41 Persen).

Sejauh ini, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor konstruksi yang naik 25,44 persen dibanding periode sama tahun lalu. Sedangkan NPL tertinggi terjadi pada sektor pertambangan yaitu 6,29 persen, namun kreditnya tumbuh positif 5,1 persen. Adapun, kenaikan NPL terbesar terjadi di sektor perikanan yang meningkat 1,65 persen (mtm) menjadi 4,2 persen.

Halaman: