Empat Sebab Lonjakan Kebutuhan Uang saat Ramadan Rp 160 Triliun

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Yura Syahrul
7/6/2016, 10.48 WIB

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan kebutuhan uang (outflow) periode Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri tahun ini mencapai Rp 160,4 Triliun. Jumlahnya melonjak 14,3 persen dibandingkan realisasi hajatan yang sama tahun lalu sebesar Rp 140 triliun. Ada beberapa penyebab melonjaknya kebutuhan uang selama bulan puasa dan Lebaran tahun ini.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, proyeksi kenaikan kebutuhan uang tersebut dipengaruhi oleh faktor pembayaran gaji ke-13 dan ke-14 bagi pegawai negeri sipil (PNS) beserta TNI/Polri. Pencairan gaji itu akan dilakukan selama bulan puasa hingga menjelang Lebaran.

Kedua, jumlah hari libur yang lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Ketiga, pelaksanaan libur Ramadan bertepatan dengan periode liburan sekolah. Keempat, penambahan titik dan frekuensi penukaran uang, baik oleh BI maupun perbankan.

Proyeksi kebutuhan uang tersebut diperkirakan akan didominasi oleh uang pecahan besar, yakni Rp 20 ribu ke atas, yang diperkirakan mencapai 92 persen dari total outflow. Sisanya sebesar 8 persen merupakan pecahan kecil, yaitu Rp 10 ribu ke bawah.

(Baca: Tol Sumatera Bisa Dipakai Mudik Lebaran)

Kebutuhan tertinggi diperkirakan terjadi di Pulau Jawa sebesar 33 persen, diikuti Jabodetabek sebesar 28 persen dan Sumatera 20 persen. Selain itu, di Sulawesi, Maluku, Papua dan Bali-Nusa Tenggara sebesar 11 persen, serta Kalimantan 7 persen. “Persediaan uang ini dinilai sangat mencukupi dalam memenuhi proyeksi kebutuhan uang periode Ramadan dan Idul Fitri, baik dari sisi jumlah total maupun jumlah per pecahan,” kata Tirta dalam siaran pers BI, Senin (6/6).

BI mengaku telah mengantisipasi kebutuhan uang oleh masyarakat saat Ramadan dan Idul Fitri dengan mempersiapkan pelayanan sistem pembayaran tunai dan nontunai. Untuk kebutuhan uang tunai, BI mengoptimalkan distribusi dan persediaan uang tunai di kantor pusat dan kantor perwakilannya di daerah.

(Baca: Jelang Lebaran, Pertamina Stok Premium 1,3 Juta Kiloliter)

Selain itu, mengoptimalkan kerjasama dengan perbankan dan pihak terkait lainnya untuk menambah titik atau loket penukaran uang. Ada pula penyediaan kegiatan layanan kas keliling di pasar-pasar dan tempat keramaian masyarakat lainnya untuk penukaran uang pecahan kecil.

(Baca: Harga Pangan Naik Jelang Puasa, Inflasi Mei 0,24 Persen)

Dari sisi nontunai, BI telah mempersiapkan infrastruktur dan layanan sistem pembayaran agar mampu mengantipasi peningkatan transaksi melalui sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) maupun Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Perinciannya, memastikan seluruh perangkat sistem berfungsi baik, memastikan hubungan dengan sistem lain termasuk sistem di peserta bekerja baik. Termasuk memastikan seluruh perangkat cadangan (back up) berfungsi baik.