PT Mandiri Tunas Finance (MTF) bersiap menerbitkan obligasi untuk menjaga kecukupan likuiditas di tengah pandemi virus corona atau Covid-19. Sementara, untuk mendorong pembiayaan, perseroan akan memanfaatkan kanal daring atau online.
Direktur Keuangan MTF Armendra menjelaskan, perseroan akan menerbitkan obligasi dengan skema penawaran umum berkelanjutan (PUB) V dengan target Rp 1 triliun. Pelaksanaannya akan dilakukan dalam kurun waktu 1-2 bulan ke depan.
“Penerbitan obligasi maksimum Rp 1 triliun, dan akan dilakukan dalam kurun waktu 1-2 bulan ke depan. Ini strategi kami untuk menjaga kecukupan likuiditas di tengah pandemi corona,” kata Armendra, kepada Karadata.co.id, Selasa (23/6).
Ia menjelaskan, agresifitas pembiayaan sejauh ini masih disesuaikan dengan kondisi likuiditas. Meski kondisi likuiditas perseroan masih dalam level aman, perseroan tergolong hati-hati dalam menyalurkan pembiayaan.
Dari sisi kecukupan likuiditas, Armendra mengatakan, posisi cash ratio MTF per Mei 2020 berada di level 103,1%. Artinya, perusahaan memiliki ketersediaan dana yang lebih dari cukup untuk membayar kewajiban jangka pendek. Meski demikian, level cash ratio ini turun jika dibandingkan posisi per April 2020 yang berada di level 109%.
Direktur MTF Harjanto Tjitohardjojo menambahkan, untuk mengurangi risiko, saat ini pihaknya memilih fokus menyalurkan pembiayaan kepada nasabah di sektor kesehatan, dan pangan. Sasaran lain adalah, pegawai negeri sipil (PNS) maupun karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Strategi bisnis lainnya, perseroan bakal mengoptimalisasikan jaringan Grup Mandiri. Jadi, nasabah PT Bank Mandiri Tbk yang membutuhkan pembiayaan bisa diarahkan ke MTF. Nasabah referal tersebut bisa melihat penawaran yang diajukan, serta melakukan simulasi kredit.
Kemudian, perseroan juga memanfaatkan Application Programing Interface (API), yakni melakukan clustering secara daring terhadap nasabah Grup Mandiri. Melalui aplikasi ini, MTF bisa menawarkan program-program pembiayaan langsung ke nasabah.
(Baca: Bisnis Otomotif Lesu, Pembiayaan Mandiri Tunas Finance Turun 17,8%)
“Kami juga mengoptimalkan penawaran secara online dan memaksimalkan pembiayaan multiguna, di mana saat seperti ini banyak masyarakat yang membutuhkan pinjaman,” kata Harjanto.
Sebagai informasi, pandemi corona diakui perseroan memberikan dampak yang cukup siginifikan. Hingga akhir April 2020 MTF mencatat penurunan pembiayaan sebesar 17,89% menjadi Rp 7,8 triliun dibanding periode yang sama pada 2019 sebesar Rp 9,5 triliun.
Hal ini sejalan dengan menurunnya penjualan otomotif akibat pandemi corona dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Harjanto menjelaskan, mulai masuk kuartal II perseroan merasakan pukulan berat akibat pandemi. Hal ini tercermin dari anjloknya pembiayaan periode April 2020 hingga 71% menjadi Rp 564 milliar dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,1 triliun.
Harjanto berharap pelonggaran PSBB yang dilanjutkan dengan fase normal baru bisa memulihkan bisnis pembiayaan. Sebab, showroom ataupun dealer diharapkan bisa kembali dibuka dan memulai aktivitas penjualan. Hal ini dinilai akan membantu pulihnya penjualan mobil, walaupun bertahap.
Oleh sebab itu, ia optimistis pada Juni 2020, bisnis pembiayaan MTF bisa pulih dan bertahan hingga akhir tahun. Pada Desember 2020 diharapkan penjualan akan pulih atau mencapai 50% dari kondisi normal.
“Artinya pada Desember 2020, MTF baru bisa menyalurkan pembiayaan senilai Rp 1,25 triliun setiap bulannya,” kata Harjanto.
(Baca: Klaim Likuiditas Cukup, Leasing Tak Ingin Pinjam Dana ke Bank Jangkar)