Kementerian Badan Usaha Milik Negara atau BUMN berencana menggabungkan bank syariah pelat merah pada Februari 2021. Pemerintah beralasan merger dapat memperkuat dan menambah opsi pendanaan bagi perbankan syariah.
Corporate Secretary PT Bank BRI Syariah Tbk Mulyatno Rachmanto mendukung kebijakan tersebut. Terlebih lagi, menurut dia, merger merupakan upaya pemerintah memperkuat bank BUMN.
“Sejak awal memang menjadi program beliau untuk memperkuat BUMN. Sebagai perusahaan anak BUMN, kami akan selalu mendukung kebijakan pemerintah,” kata Mulyatno kepada Katadata.co.id, Jumat (3/7).
Lebih lanjut, dia mengatakan, pihaknya fokus bekerja untuk mewujudkan BRI Syariah menjadi bank ritel terkemuka dengan ragam layanan finansial. Tujuannya untuk memberikan layanan perbankan yang cepat, mudah dan murah kepada nasabah.
“Apapun yang menjadi program dan arahan pemerintah untuk memperkuat BUMN demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia,” ujarnya.
(Baca: Erick Akan Gabung Bank Syariah BUMN, Bagaimana Kinerjanya?)
Sementara itu, Direktur Finance, Planning, & Treasury PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon LP Napitupulu mengatakan pihaknya tidak akan buru-buru konversi unit usaha syariah menjadi Bank Umum Syariah (BUS) untuk merger dengan bank BUMN lain. Pasalnya, BTN tengah fokus melaksanakan restrukturisasi kredit bagi nasabah terdampak Covid-19.
Sebelum ikut dalam merger bank BUMN syariah, BTN memang harus spin off anak usaha menjadi bank umum syariah. Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK), spin off bisa dilaksanakan paling lama pada 2023.
“Spin off kan masih punya waktu sampai 2023 sesuai POJK. Termasuk yang unit syariah,” ujar Nixon.
Di sisi lain, Pengamat Ekonomi Syariah Universitas Indonesia Yusuf Wibisono mengatakan merger bank BUMN syariah merupakan kebijakan yang positif. Pasalnya, skala usaha bank BUMN syariah bisa akan meningkat, yang umumnya bank BUKU II menjadi bank BUKU III atau bahkan bank BUKU IV.
Dengan begitu, ekspansi bisnis bank BUMN syariah dapat lebih leluasa, produk dan layanan yang ditawarkan lebih lengkap, efisiensi operasional meningkat, serta dapat menyentuh segmen konsumen yang lebih banyak dan luas. "Rata-rata bank syariah berstatus bank BUKU II karena lemahnya permodalan. Sehingga ekspansi bisnis sulit, produk terbatas, efisiensi rendah, ceruk konsumen sedikit." ujar Yusuf.
(Baca: Erick Thohir Menargetkan Bank Syariah BUMN Merger Februari 2021)
Padahal, Indonesia berpeluang besar menjadi pemimpin dalam industri perbankan syariah. Terlebih lagi Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, anggota G-20, serta anggota Regional Islamic Finance Hub.
Selain itu, perbankan syariah secara model bisnis lebih ramah kepada sektor riil dan UMKM. Sehingga bisa membantu Indonesia keluar dari middle income trap.
"Namun dari pengalaman empiris, merger jarang berhasil kecuali dilandasi oleh kesamaan visi-misi yang sangat kuat antar entitas yang akan bergabung. Merger juga membutuhkan usaha, biaya dan waktu yang tidak sedikit, jika tidak bisa dikatakan masif," katanya.
Oleh karena itu, dia menyebut opsi akuisis lebih pas dilaksanakan untuk menggabungkan bank BUMN syariah. Opsi tersebut dapat dilaksanakan jika pemerintah menyuntikan modal ke salah satu bank BUMN syariah. Bank tersebut nantinya bisa mengakuisisi tiga bank lainnya.
"Misalnya dana disuntikan ke bank yang terbesar yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM). Kemudian, BSM mengakuisisi tiga bank BUMN syariah lainnya yaitu BNI Syariah, BRI Syariah dan BTN Syariah," ujarnya.
Selain opsi tersebut, Yusuf menyebut pemerintah bisa membiarkan empat bank BUMN syariah berjalan seperti saat ini. Namun, induk usahanya diwajibkan meningkatkan permodalan secara signifikan. "Minimal menjadi bank BUKU III, lebih baik lagi jika bisa jadi bank BUKU IV," katanya.
Seperti diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir berniat menggabungkan seluruh bank syariah pelat merah menjadi satu. Rencana tersebut ditargetkan selesai pada 2021.
"Kami coba kaji bank-bank syariah ini nanti jadi satu semua, kami coba merger. Kira-kira Februari 2021 jadi satu," kata Erick dalam diskusi secara virtual, Kamis (2/7).
Sebagai negara dengan populasi penduduk muslim terbanyak di dunia, Erick yakin kebijakan tersebut bisa membuat Indonesia memiliki bank syariah berskala besar.
Sebagai informasi, bank BUMN yang memiliki anak usaha syariah antara lain Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, Bank BRISyariah, dan Unit Usaha Syariah (UUS) BTN.
Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pangsa pasar keuangan syariah terhadap sistem keuangan di Indonesia per April 2020 baru mencapai 9,03%, naik dari posisi 2019 yang sebesar 8%.