Berkat Tambahan Modal, UMKM di Lampung Pulihkan Usaha dan Buka Bisnis

Katadata
Penulis: Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
10/8/2020, 16.06 WIB

Jakarta –  Untuk menghidupkan asa itu, para pelaku UMKM mencari dukungan tambahan modal usaha melalui pinjaman Kupedes Bangkit dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Novi Marsella Yacob, 44 tahun, perempuan asal Kedaloman, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, salah satu pemilik UMKM yang tengah berjuang membangkitkan lagi usahanya setelah terpukul dampak pagebluk.

Selama ini Novi berdagang alat-alat rumah tangga mulai dari furnitur jati hingga perabotan elektronik seperti meja kursi jati, kompor, blender, hingga kulkas. Dia menjual dagangannya di pasar dan melayani pesanan secara daring dari gawai. Dia sudah menjadi pedagang sejak 6 tahun silam. Semula Novi berjualan pakaian, sebelum berganti barang dagangan.

Gara-gara pandemi, penjualan Novi anjlok hingga 30 persen. “Biasanya kulkas laku 5 unit dalam beberapa hari. Sekarang dalam 2 minggu belum laku,” kata Novi. Untuk menyiasati lesunya penjualan, Novi berdagang keliling menggunakan mobil alias door to door. Selain dagang berkeliling, dia juga punya cara lain untuk menggenjot penjualan. “Kami kerja sama juga dengan reseller, ya kita saling bahu-membahu, karena daya beli turun.”

Meski tidak setiap hari keliling berjualan, Novi menyadari langkah aktif jemput bola memasarkan produk secara door to door, mampu menutup sepinya transaksi ketimbang hanya berdiam diri menunggu permintaan dari konsumen via gawai.

Sejak pandemi corona mulai meluas, pengusaha kecil seperti Novi mesti gesit menangkap peluang.  Peluang usaha apapun dia garap, seperti berdagang beras. Pada awal Ramadan lalu, ketika aktivitas fisik dibatasi akibat pandemi corona, Novi mendapat tawaran dari tetangganya untuk berbisnis jualan beras. Inisiatif ini ditempuh Novi karena penghasilan yang turun, sementara di sisi lain ia memiliki beban keuangan, salah satunya harus membayar cicilan bank.

Ia pun mengambil peluang itu dan menawarkan dagangan beras ke konsumennya. Dalam satu minggu ia berhasil menjual sekitar 2 ton beras dengan keuntungan bersih Rp500 ribu. Sembari merintis usaha dagang beras, Novi mengaku masih menekuni berdagang elektronik meski tidak setiap hari keliling berjualan. “Sesudah Lebaran kami beralih mengembangkan bisnis beras ini. Saya dan suami melihat prospeknya bagus,” kata Novi.

Karena membutuhkan suntikan dana untuk mengembangkan bisnis baru dan modal untuk belanja stok perabotan elektronik, Novi memanfaatkan tawaran pinjaman Kupedes Bangkit. Novi menuturkan, proses pencairan pinjaman Kupedes Bangkit sangat cepat, hanya butuh waktu sehari.

Sudah hampir 1 tahun terakhir, tepatnya 10 bulan, Novi menjadi nasabah UMKM BRI. “Masa angsuran Kupedes Bangkit selama 2 tahun, tapi mendapat remisi 6 bulan hanya membayar bunganya saja. Pinjaman ini saya pergunakan untuk membeli alat penggilingan, lalu sisanya untuk belanja stok dagangan elektronik pesanan pembeli,” papar ibu dua orang anak ini.

Kupedes Bangkit merupakan produk pinjaman khusus dari BRI bagi para pelaku UMKM untuk tambahan modal usaha. Fitur khusus yang disediakan dalam produk ini yaitu pemberian grace period atau masa tenggang pembayaran pokok selama 6 (enam) bulan pertama, sehingga debitur dapat melakukan akselerasi pemulihan usaha.

Melalui Kupedes Bangkit, BRI berharap produk ini dapat membantu debitur mikro yang mengalami penurunan arus kas usaha akibat dampak pandemi Covid-19, dan membutuhkan tambahan modal usaha dalam masa transisi menuju new normal. Ini merupakan komitmen BRI menjalankan peran #BUMNUntukKemajuanBangsa di tengah pandemi.

Novi mengaku sangat terbantu dengan adanya pinjaman Kupedes Bangkit. Berkat suntikan modal dari Kupedes, ia bisa kembali berdagang dan mengembangkan bisnis barunya yakni berjualan beras. Dengan rajin dan mengikuti prosedur yang berlaku, saya bisa menambah modal untuk membesarkan usaha,” ujar Novi.