Aliran Modal Asing Kembali Kencang, Efek Peluang Biden Menang

ANTARA FOTO/REUTERS/Brendan McDermid/wsj/dj
Calon Presiden Joe Biden berpeluang menjadi Presiden Amerika Serikat.
6/11/2020, 16.00 WIB

Bank Indonesia mencatat aliran modal asing dalam bentuk portofolio masuk sebesar Rp 3,81 triliun dalam sepekan terakhir. Dana asing masuk karena membaiknya sentimen pasar kepada aset berisiko seiring calon presiden Amerika Serikat Joe Biden makin besar peluangnya mengalahkan Donald Trump.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan aliran modal asing masuk ke pasar Surat Berharga Negara sebesar Rp 3,87 triliun. Namun, terdapat dana asing kabur dari pasar saham Rp 600 miliar.

Secara keseluruhan, masih tercatat nett outflow pada pasar keuangan domestik sebesar Rp 161,24 triliun sejak awal tahun hingga 5 November 2020. Selain itu, premi risiko investasi RI atau Credit Default Swap lima tahun tercatat menurun. "Per 5 November CDS tercatat 82,4 basis poin dari 97,96 bps per 30 Oktober 2020," tulis Onny dalam keterangan resminya, Jumat (5/11).

Adapun imbal hasil atau yield SBN 10 tahun turun dari level 6,54% pada kemarin sore menjadi 6,39% pada pagi hari ini. Angka tersebut masih jauh jika dibandingkan yield US Treasury Note 10 tahun yang sebesar 0,763%.

Ekonom Center Of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet menilai pasar memprediksi Joe Biden akan menjadi presiden terpilih sehingga kebijakan ekonomi akan berubah. Para investor ini kembali masuk ke aset berisiko, salah satunya Indonesia. "Ini menjadikan investor menjadi lebih tenang dan percaya diri," kata Yusuf kepada Katadata.co.id, Jumat (5/11).

Dana asing yang masuk terlihat dari penguatan Indeks Harga Saham Gabungan dan nilai tukar rupiah. Mengutip Bloomberg, rupiah saat ini menguat 1,11% ke level Rp 14.220 per dolar AS.



Yusuf juga memperkirakan potensi dana asing masuk masih akan terus berlanjut dengan asumsi Biden secara resmi memenangkan Pilpres AS. Data ekonomi kuartal ketiga yang negatif 3,49% pun masih dianggap pertumbuhannya sudah relatif lebih baik dibandingkan kuartal II 2020.

Apalagi, melihat belanja pemerintah bisa tumbuh positif yang artinya kebijakan countercylical yang dijalankan pemerintah sudah mulai efektif, seperti misalnya dana anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional. "Ini tentu juga menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan khususnya pasar obligasi pemerintah," ujar dia.

Adapun Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat  memperkirakan aliran modal asing masih tertahan untuk masuk ke negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Sebab, masih menunggu hasil pilpres di AS.



Tetapi, dia menilai kemenangan Biden cenderung positif bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. Ini karena kebijakan presiden Trump yang ‘ultra-populis’ selama ini cenderung membuat perekonomian dunia kurang imbang namun berisiko memicu gejolak yang lebih kompleks di masa yang akan datang.

Stimulus masif defisit fiskal, terutama pemotongan pajak korporasi yang lebih berpihak kepada kelompok ekonomi atas, telah menyebabkan perekonomian AS relatif paling kuat dibandingkan negara lain. Sementara stimulus moneter berupa penurunan suku bunga dan penggelontoran likuiditas telah memicu kenaikan harga saham di Negeri Paman Sam.

"Hal ini ternyata sekaligus menyebabkan investor enggan masuk ke negara berkembang," tulis Budi dalam keterangan resminya yang diterima Katadata.co.id.

Selain hasil pilpres AS, Budi menyebutkan bahwa pasar juga menanti solusi penanganan dari wabah Covid-19 di mana saat ini Eropa tengah mengalami gelombang kedua. Kendati melihat peluang keuntungan di pasar saham, investor perlu siaga menyikapi volatilitas terutama yang bersumber dari nilai tukar. Sejauh ini, investor asing menyukai SBN Indonesia dalam mata uang asing yang relatif aman terhadap risiko nilai tukar.

Reporter: Agatha Olivia Victoria