Sepekan terakhir, rata-rata pergerakan uang kripto mulai menunjukkan sinyal kenaikan, khususnya pada aset berkapitalisasi besar. Lalu, apa yang perlu dilakukan dan dihindari saat ingin berinvestasi di aset kripto?
Melansir Coinmarketcap, dalam sepekan terakhir Bitcoin mencatatkan kenaikan 0,19%, disusul Ethereum yang naik 10,73%, Tether naik 0,03%, Binance coin 19,43% dan Cardano naik 5,19%, pada perdagangan Senin (7/6) sore.
Chef sekaligus Juri MasterChef Indonesia Arnold Poernomo membagi pengalamannya berinvestasi aset kripto. Awalnya, dia tidak menampik tujuan utama masuk ke investasi uang kripto demi mencari cuan. Namun, dia juga melihat beberapa hal yang menarik dari investasi uang digital tersebut.
Pertama, ketertarikannya akan teknologi blokchain menjadi alasan yang menyeret pria kelahiran Surabaya 32 tahun silam berinvestasi aset digital. Blockchain merupakan sistem penyimpanan data digital yang terhubung banyak server (multiserver) dan kerap diibaratkan sebagai buku besar digital.
Kedua, investasi aset kripto memiliki komunitas yang sangat kuat secara global. “Bahkan komunitasnya lebih besar dari saham,” kata Arnold dalam acara talk show eksklusif yang diselenggarakan secara daring oleh Tokocrypto pekan lalu.
Alasan ketiga, Arnold menilai aset kripto sudah menjadi investasi affordable (terjangkau) untuk berbagai kalangan khususnya anak muda. Dia mencontohkan, meskipun harga per Bitcoin mencapai ratusan juta, investor tetap bisa membeli dalam jumlah yang lebih kecil. Didukung perkembangan teknologi, non fungible token atau token yang tidak dapat diperjualkan (NFT), dan artis internasional yang masuk ke aset kripto menjadikan investasi uang digital terus bertumbuh.
Juri Master Chef itu mengingatkan, agar tidak menggunakan uang panas atau dana kebutuhan sehari untuk berinvestasi aset kripto. Selain itu, diperlukan limitasi diri sebelum berinvestasi kripto.
“Pahami portofolio dan pelajari teknologi blockchain sebelum investor FOMO (fenomena takut untuk ketinggalan). Kalau market koreksi, wajar karena nantinya akan recover (pulih) kembali,” ujarnya.
Di lain kesempatan, Perencana Keuangan Safir Senduk mengingatkan pentingnya diversifikasi (keberagaman) aset saat investasi, termasuk ke aset digital seperti uang kripto. Adapun hal yang wajib diketahui, aset kripto memiliki karakter investasi dengan volatilitas (naik turun harga) tinggi.
Untuk itu, sebelum masuk ke aset kripto investor wajib memastikan beberapa hal berikut. Pertama, menjamin dana darurat atau dana cadangan sudah terpenuhi, minimal untuk enam bulan ke depan. Selain itu, siapkan dana kebutuhan masa depan seperti pensiun dan pendidikan anak secara terpisah dari dana investasi. Terakhir, pastikan investor sudah memiliki asuransi jiwa untuk mengantisipasi risiko ke depan.
Jika semua syarat tersebut sudah terpenuhi, maka sudah waktunya untuk investor melirik investasi aset digital. Safir pun membagikan beberapa tips yang bisa dilakukan investor kripto saat akan melakukan jual beli aset digital.
Pertama, pastikan sebelum membeli aset kripto, investor mempelajari terlebih dahulu produk atau aset yang akan mereka beli. Selain itu, penting juga untuk mempelajari teknologi blockchain yang menaungi aset tersebut.
“Dengan mempejalari lebih dalam, maka risiko bisa ditekan,” ujar Safir.
Kedua, pastikan dana yang digunakan untuk berinvestasi aset kripto adalah dana “nganggur” minimal 1-2 tahun ke depan. Artinya, jangan memaksakan berinvestasi dengan menggunakan tabungan pensiun apalagi anggaran sekolah anak di masa depan.
Ketiga, Safir merekomendasikan untuk melirik aset kripto saat harga berada di level murah. Untuk level murah di sini, bergantung pada profil dan karakter investor. Selain itu, perlu juga disesuaikan dengan tujuan investasi.
Tips berikutnya, investor bisa melakukan pembelian secara bertahap atau beli sedikit-sedikit jika masih ragu pada prospek harga ke depan. Dia menyarankan untuk mulai mecicil beli saat harga sedang turun. “Jangan beli saat harga sedang naik, ini akan mengurangi harga rata-rata investasi dan menekan potensi return (keuntungan),” katanya.
Terakhir sekaligus yang wajib diingat adalah tidak FOMO. Safir menjelaskan, setiap investor memiliki karakter dan kebutuhan yang berbeda, sehingga tidak perlu merasa takut tertinggal. Saat harga naik, investor tidak perlu ikut membeli tanpa mengenali profil risikonya.