Sinyal Baru Kenaikan Bunga The Fed, Rupiah Melemah Jadi Rp 14.910/US$

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Pekerja menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Rabu (5/1/2022).
Penulis: Abdul Azis Said
3/8/2022, 09.38 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah delapan poin ke level Rp 14.897 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pagi ini. Pelemahan ini dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk komentar pejabat The Fed soal kenaikan suku bunga.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke arah Rp 14.910 pada Pukul 09.20 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 14.889 per dolar AS. 

Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS pagi ini. Yen Jepang terkoreksi 0,35%, peso Filipina 0,38%, dolar Taiwan dan ringgit Malaysia 0,05%, serta won Korsel 0,18%.

Sebaliknya, rupee India menguat 0,39% bersama yuan Cina 0,1%, baht Thailand 0,15%, dan dolar Singapura 0,01%. Sedangkan dolar Hong Kong stagnan.

Analis DCFX Lukman Leong memprediksi rupiah kembali tertekan hari ini, setelah adanya komentar pejabat The Fed soal kenaikan bunga di pertemuan sebelumnya. Ini membuat ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS masih akan agresif mengerek bunga pada pertemuan September.

CNBC Internasional melaporkan, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly menyebut masyarakat AS masih berjuang menghadapi harga tinggi. Hal ini membuat pekerjaan bank sentral untuk menurunkan inflasi masih jauh dari kata usai. 

Secara terpisah, Presiden The Fed Chicago Charles Evans menyebut ada peluang kenaikan suku bunga signifikan di pertemuan mendatang. Namun, ia berharap ini bisa dihindari. Setidaknya, ia memperkirakan kenaikan bunga 50 bps pada pertemuan September.

"Pernyataan agresif dari salah satu pejabat the Fed memberi dampak terhadap melonjaknya imbal hasil (yield) obligasi AS," kata Lukman dalam risetnya, Rabu (3/8).

Ia memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp 14.775 - Rp 14.950 per dolar AS.

Hal senada disampaikan oleh analis pasar uang Ariston Tjendra. Ia memperkirakan rupiah tertekan ke arah Rp 14.920, dengan potensi support di kisaran Rp 14.880 per dolar AS.

Selain terpengaruh komentar para pejabat The Fed, rupiah tertekan sentimen kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan. Kunjungan ini dinilai bisa memicu konfrontasi baru antara AS dengan Cina, serta mengganggu perekonomian global.

"Ekspektasi negatif ini mendorong sebagian pelaku pasar masuk ke aset dolar AS sebagai aset aman," kata Ariston.

Dari dalam negeri, inflasi yang kembali naik memberi tekanan tambahan terhadap nilai tukar. Sebab, kenaikan harga-harga ini bisa menekan daya beli dan akhirnya menghambat pemulihan ekonomi.

Reporter: Abdul Azis Said