Bank Indonesia (BI) mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 50 basispoin (bps) pada Kamis (22/9), hari ini. Menanggapi keputusan tersebut, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memproyeksi bank-bank akan membutuhkan waktu penyesuaian suku bunga simpanan dan kredit dalam kurun waktu tiga sampai enam bulan ke depan.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan, penyesuaian suku bunga acuan ke dalam bunga kredit akan sangat bergantung kepada kualitas kredit di masing-masing bank. Dengan demikian, penyesuaian tidak akan menimbulkan potensi kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) ke depannya.
"Selain itu, kondisi lain yang menjadi pertimbangan antara lain, likuiditas pasar dan struktur cost of fund (biaya dana) untuk suku bunga dana," kata Rudi kepada Katadata.co.id, Kamis (22/9).
Ke depannya, lanjut dia, Bank Mandiri akan terus memantau perkembangan suku bunga acuan, posisi likuiditas, dan kompetisi di pasar, agar tingkat suku bunga yang diberikan perusahaan ke nasabah tetap kompetitif.
Dari sisi industri, Bank Mandiri menilai kondisi perbankan Indonesia saat ini cukup baik, dengan tingkat pemodalan yang cukup kuat dan kondisi likuiditas yang terjaga dengan baik. Pertumbuhan kredit juga terus terakselerasi sejalan dengan pemulihan ekonomi.
Di sisi lain, tambah Rudi, kualitas aset juga terus membaik sejalan dengan pemulihan di berbagai sektor industri. Adanya potensi risiko inflasi dan kenaikan suku bunga juga sudah diperhitungkan oleh masing-masing bank dalam penyusunan stress test.
Seperti diketahui, BI menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali tahun ini. Pertama, sebesar 25 bps pada Agustus 2022. Kemudian, kedua sebesar 50 bps hari ini, sehingga total kenaikan sudah mencapai 0,75%.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menyebut, transmisi suku bunga acuan ke bunga dana biasanya membutuhkan waktu satu kuartal atau tiga bulan, sedangkan ke suku bunga kredit membutuhkan dua kuartal atau enam bulan.
Perhitungan transmisi suku bunga kebijakan tersebut jika dilakukan dalam kondisi normal. "Ini tentu kami akan lihat dampaknya, tapi tentu dengan kondisi saat ini di mana likuiditas banyak, kami perkirakan bahwa pengaruhnya ke perbankan tidak akan terlalu signifikan," ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Kamis (22/9).