PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) menyiapkan rencana penerimaan dana talangan dari pemerintah melalui penerbitan obligasi wajib konversi (OWK). Kedua perusahaan milik pemerintah ini berencana menerbitkan obligasi yang totalnya mencapai Rp 11,5 triliun.

Penerbitan obligasi ini sejalan dengan rencana pemberian dana talangan untuk kedua BUMN tersebut. Ini bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Garuda Indonesia akan mendapatkan dana talangan Rp 8,5 triliun dan Krakatau Steel Rp 3 triliun.

Garuda Indonesia berencana menerbitkan OWK melalui penambahan modal tanpa hak hak memesan efek terlebih dahulu alias private placement. Dalam prospektus yang diunggah pada Kamis (14/10), dijelaskan tujuan penerbitan ini untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan.

Terkait dengan pelaksanaan transaksi tersebut, Garuda Indonesia berencana untuk meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 20 November 2020. Penerbitan OWK berdenominasi rupiah ini berjangka waktu 7 tahun sejak tanggal penerbitan dan akan dikonversi menjadi Saham Baru seri B pada akhir periode. 

Harga konversinya Rp 206 per saham, mengacu 90% rata-rata harga penutupan saham perseroan dalam 25 hari bursa berturut-turut di pasar reguler sebelum 13 Oktober 2020. Jumlah Saham Baru yang diterbitkan sebanyak 41,26 miliar unit saham berdasarkan asumsi harga konversi.

Pemegang OWK direncanakan merupakan Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini Kementerian Keuangan, yang akan diwakili oleh afiliasi. Dengan memegang OWK ini, kepemilikan saham Pemerintah Indonesia di Garuda Indonesia akan bertambah dari 60,5% menjadi 84,8%. 

Sementara, persentase kepemilikan dari pemegang saham Seri B lain akan mengalami penurunan (dilusi) sebanyak 61%. PT Trans Airways milik pengusaha Chairul Tanjung, akan terdilusi menjadi 9,9% dari yang sebelumnya 25,8% dan saham publik akan turun menjadi 5,3% dari sebelumnya 13,7%.

"Penerbitan OWK diharapkan dapat memperbaiki posisi keuangan Perseroan untuk melanjutkan keberlangsungan di masa yang akan datang dengan pondasi keuangan yang lebih baik," seperti dikutip dari prospektus yang diunggah di keterbukaan informasi, Kamis (15/10).

Dana hasil Transaksi akan dipergunakan untuk mendukung likuiditas dan solvabilitas, terutama pembiayaan operasional Perseroan. Pandemi Covid-19, perusahaan membukukan kerugian sebesar US$ 728,14 juta dan penurunan yang cukup dalam pada saldo ekuitas yang bernilai negatif US$ 80,77 juta pada semester I tahun ini. Aset lancar Garuda Indonesia turun hingga 45%.

Krakatau Steel (KS) juga akan menerbitkan OWK dengan skema yang sama senilai Rp 3 triliun. Perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam RUPSLB pada 24 November 2020.

Dalam prospektusnya, Krakatau Steel menjelaskan OWK ini akan dipegang oleh PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), berdasarkan penugasan dari Menteri Keuangan. Saat ini pemerintah Indonesia sebagai pemegang OWK memiliki 80% saham KS, sedangkan 20% sisanya dipegang oleh investor publik.

Meski begitu, Krakatau Steel belum mengumumkan harga dari konversi obligasi tersebut. Makanya, potensi berapa besar dilusi saham yang akan terjadi dari konversi obligasi ini pun belum bisa diketahui.

Pandemi Covid-19 telah membuat kegiatan operasional dan produksi di industri baja hulu, industri baja hilir dan industri pengguna mengalami penurunan sebesar 30% sampai dengan 50% karena rendahnya permintaan dan kemampuan modal kerja yang terbatas.

"Dukungan dana dari pemerintah kepada industri hulu akan sangat bermanfaat untuk mempertahankan kegiatan produksi dan usaha di sektor hilir yang akan memberikan dampak yang cukup besar dan akan meningkatkan permintaan produksi dan mempengaruhi penggunaan suplai dari sektor hulu," seperti kata manajemen Krakatau Steel dalam prospektus yang dikutip Kamis (15/10).

Perseroan berencana menggunakan dana dari OWK ini untuk menambah modal kerja untuk mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional dengan memberikan relaksasi pembayaran konsumen. KS berharap langkah ini dapat memperbaiki posisi keuangannya, dimana memiliki rasio utang yang lebih sehat dan peningkatan pendapatan serta arus kas yang lebih kuat di masa yang akan datang.