Memberi Napas Bisnis Penerbangan lewat Holding BUMN Pariwisata

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nz
Logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
11/11/2020, 18.17 WIB
Tahapan Pembentukan Holding Pariwisata (Kementerian BUMN)

Tahap kedua dari pembentukan holding pariwisata dan penunjang yaitu melakukan restrukturisasi portofolio yang dimulai tahun depan dan ditargetkan selesai pada 2022 mendatang. Dalam tahap ini, holding dibagi menjadi empat klaster yang berisi beberapa BUMN.

Klaster bandara, akan berisi Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II. Lalu, ada klaster penerbangan yang berisi Garuda Indonesia dan PT Pelita Air Service yang saat ini sahamnya dimiliki oleh PT Pertamina (Persero).

Klaster berikutnya adalah manajemen destinasi yang di dalamnya berisi ITDC, TWC, Inna Hotels & Resorts, Aero Wisata, dan Garuda Indonesia Holiday France. Dua nama terakhir yang disebutkan, saat ini merupakan anak usaha Garuda Indonesia.

Kementerian BUMN juga akan membentuk klaster servis aviasi dan logistik yang berisi seperti Sarinah, Angkasa Pura Kargo, Garuda Indonesia Cargo, Gapura, GMF Aero Asia, Aero Express, Aerofood ACS, dan masih banyak lagi. Mayoritas merupakan perusahaan yang saat ini dimiliki oleh Garuda, Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II.

Holding pariwisata diharapkan dapat mendorong pengembangan infrastruktur pariwisata, peningkatan daya saing, dan penguatan kemampuan pendanaan di masa depan. Kemudian percepatan pemulihan sektor pariwisata setelah terpuruk imbas pandemi Covid-19.

Presiden Direktur Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan kolaborasi di dalam holding dapat mengakselerasi pertumbuhan BUMN terkait. Apalagi dalam menghadapi Covid-19 dan pada masa pemulihan.

Menurutnya, holding menciptakan koordinasi tunggal dalam pengembangan rencana induk (masterplan) dan mengintegrasikan keunggulan masing-masing BUMN dalam satu ekosistem. "Sehingga potensi yang ada dapat dioptimalkan guna memajukan industri pariwisata di Indonesia," katanya melalui siaran resmi.

Menurutnya, pembentukan holding ini juga bermanfaat bagi masyarakat karena semakin banyak ketersediaan produk dan jasa pariwisata yang berkualitas, terjangkau, dan terintegrasi. Integrasi menjadi penting karena menurut Angkasa Pura, 78,5% perjalanan udara dalam rangka wisata yang memiliki kolaborasi antar mata rantai pariwisata.

Bagi Angkasa Pura II, holding ini bisa mendorong optimalisasi manajemen portofolio, standar pelayanan dan operasional yang lebih baik, memperluas peluang ekspansi, memaksimalkan pengembangan konektivitas nasional dan global, serta meningkatkan kapasitas SDM.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan dengan adanya holding akan membuat anggotanya menjadi lebih baik karena sinergi bisa berjalan. "Kami berharap Garuda akan menjadi lebih baik lagi dengan adanya holding pariwisata dan pendukung," katanya kepada Katadata.co.id.

Adapun, akibat dampak dari pandemi COvid-19, Garuda harus mengalami kerugian senilai US$ 1,07 miliar atau setara Rp 15,34 triliun hingga triwulan ketiga 2020 (asumsi kurs: Rp 14.280 per dolar). Meski begitu, Kementerian BUMN menilai Garuda punya peran penting dalam sektor pariwisata dan aviasi dengan pangsa pasar yang signifikan.

Oleh karena itu, perkembangan Garuda akan memiliki dampak langsung kepada pertumbuhan BUMN-BUMN lain, terlebih dalam holding ini. Sehingga, dengan kehadiran Garuda yang masih rugi, Kementerian BUMN tidak melihat ada dampak negatif dari bergabungnya Garuda dalam holding ini.

Halaman: