PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit 2021 mencapai 6%-7%. Fokus kredit tahun ini diutamakan pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar mampu bangkit dari pengaruh pandemi Covid-19.
"Kami akan terus memacu kemampuan penyaluran kredit, terutama dalam rangka membangkitkan kembali UMKM supaya bisa berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi nasional," kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (21/1).
Sunarso mengatakan, penyaluran kredit tahun ini perlu tumbuh agar BRI bisa berkontribusi mengangkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan kredit tahun ini merupakan tantangan tersendiri, karena penyaluran kredit tahun lalu secara industri perbankan tercatat tumbuh -2,4%.
"Infrastrukturnya kami siapkan, produknya kami siapkan, targetnya juga sudah direncanakan bahwa kami tetap akan fokus di UMKM terutama di mikro," kata Sunarso.
Dalam rangka penyaluran kredit, Sunarso mengatakan saat ini likuiditas di BRI masih sangat longgar. Sehingga, pihaknya sampai saat ini belum berencana mencari pendanaan dengan menerbitkan instrumen obligasi meski memiliki plafon menerbitkan obligasi berkelanjutan.
Untuk mengakselerasi kredit kepada sektor UMKM, Kementerian BUMN selaku pemegang saham BRI, berencana untuk mengkonsolidasikan BRI dengan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, ujuan merger tiga BUMN tersebut agar UMKM dapat naik kelas.
"Upaya kami, pengusaha kecil naik kelas. Ultra mikro yang tadinya tidak bankable, naik kelas jadi bankable," ujarnya dalam acara Indonesia Digital Conference 2020 pertengahan tahun lalu. Rencana ini untuk mewujudkan keberpihakan BUMN pada masyarakat kecil.
Selama ini usaha ultra mikro memang sulit mendapatkan pinjaman dari perbankan. PMN dan Pegadaian yang bisa memfasilitasi usaha ini memperoleh permodalan, nilainya masih terbatas. Dengan konsolidasi tiga BUMN ini, usaha ultra mikro yang awalnya hanya mendapatkan pinjaman Rp 2 juta, bisa naik menjadi Rp 50 juta dengan syarat rekam jejak yang baik.
Konsolidasi tiga BUMN di sektor UMKM ini bisa menciptakan efisiensi dan dapat mencegah terjadinya ketidakadilan pemberian bunga. Selama ini pengusaha kecil biasanya mendapat bunga tinggi, sebaliknya pengusaha besar justru memiliki bunga rendah.
Sebagai contoh, Permodalan Nasional Madani (PNM) yang demi memenuhi kebutuhan dana lantas menetapkan bunga pinjaman 9%. Sebaliknya, Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan pasar yang besar memberlakukan bunga pinjaman 3%.
Guna mengefisienkan dan terjadi pemerataan bunga pinjaman, harapannya BRI dengan skala yang lebih besar dapat membantu PNM. Sehingga tercipta sistem bagi hasil yang lebih baik. “Jangan kita ini seperti bandul, malah lebih berat ke (pengusaha) yang kaya. Tetapi yang miskin justru mendapat pembiayaan yang lebih mahal,” ujar Erick.